geografi Zone
Rabu, 26 Juli 2017
Rabu, 16 Januari 2013
NASIONALISME SISWA SEKOLAH DASAR
DI PULAU SEBATIK, KALIMANTAN TIMUR
Oleh: Asis Wahyudi, dkk
Universitas Negeri Malang, 2012
Oleh: Asis Wahyudi, dkk
Universitas Negeri Malang, 2012
Pulau Sebatik
adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang berada di sebelah timur laut
Kalimantan. Pulau ini secara administratif dibagi menjadi dua bagian. Merupakan
bagian dari Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, sekaligus
di sisi lain menjadi bagian dari dari Negara Sabah, Malaysia. Pulau seluas
247,47 km2 itu berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia yakni
Kota Tawau yang berada di negara bagian Sabah, Malaysia. Sebagian besar masalah infrastruktur
menjadi kendala dalam mencapai keutuhan suatu masyarakat perbatasan. Seperti
yang dikutip dari vivanews.com bahwa
sekelompok warga dari daerah perbatasan Kalimantan-Malaysia mengancam akan
mengibarkan bendera Malaysia apabila infrastruktur daerah mereka tidak
diperbaiki (Vivanews, 2011). Kondisi seperti inilah yang menjadi pengancam rasa
nasionalisme suatu bangsa. Sebagian besar anak-anak Sebatik pernah disekolahkan di Tawau Malaysia, karena itulah sebagian besar anak-anak
Sebatik berbicara dalam logat Melayu. Banyak anak TKI yang bersekolah di Malaysia, tak begitu
familier dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Mereka justru menghafal lagu
‘Negaraku’, yang merupakan lagu kebangsaan Malaysia Harian Republika (2011).
Dalam hal mata uang pun mereka cenderung lebih mengenal mata uang ringgit
daripada rupiah. Kasus yang pernah ditayangkan dalam salah satu stasiun TV
swasta di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar anak Sebatik tersebut kurang mengetahui mata uang
rupiah. Saat ditunjukkan mata uang
ringgit, mereka justru mampu
menjawabnya. Masih banyak
siswa yang putus sekolah di Sebatik. Menurut harian Tribun Kaltim (2011), angka
siswa yang putus sekolah di tingkat dasar masih tergolong tinggi. Hal ini
dipengaruhi oleh minimnya ketersediaan fasilitas sekolah di Sebatik. Sehingga,
hal ini ”memaksa” orang tua yang tergolong mampu cenderung menyekolahkan
anaknya di Tawau, Malaysia.
Sebagai warga Negara Indonesia sudah sewajarnya kita
harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, apalagi bagi siswa yang tinggal
di daerah perbatasan. Wilayah perbatasan merupakan pintu gerbang wilayah NKRI.
Wilayah ini menjadi teras masuk bangsa Indonesia, sudah sewajarnya wilayah ini
memiliki penduduk yang menjunjung tinggi nilai dan budaya Indonesia. Apalagi
siswa siswi sekolah dasarnya, yang
masih memiliki sifat polos dan gampang dipengaruhi. Awal dari baik atau
tidaknya seseorang biasanya berawal dari masa anak-anak (dalam hal ini siswa
SD).
Nasionalisme Siswa Sekolah Dasar di Pulau Sebatik yang bersekolah
di Sebatik, Kalimantan Timur
Berdasarkan
hasil penghitungan dengan metode skoring dapat dilihat bahwa dalam aspek pengetahuan dan sikap sebagian besar siswa di
Pulau Sebatik, Indonesia memiliki tingkat nasionalisme yang tergolong tinggi.
Hal ini dikarenakan pengetahuan yang mereka miliki tentang Indonesia berasal
dari buku dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Meskipun tempat tinggal mereka
berada di perbatasan Indonesia dan sebagian besar mereka pernah bersekolah di
Tawau, mereka memiliki pengetahuan yang cukup tinggi tentang Indonesia. Akan
tetapi, berdasarkan aspek perbuatan yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dapat dijelaskan bahwa siswa di Sebatik, Indonesia belum melakukan
perbuatan yang mencermikan sikap nasionalisme yag tinggi. Sebagian besar dari
Siswa di Sebatik masih menggunakan mata uang ringgit dalam membeli makanan di
kantin sekolah. Berdasarkan hasil wawncara dengan salah beberapa siswa dan
guru, hampir semua barang dan makanan yang ada di Sebatik berasal dari Tawau,
Malaysia.
Pelaksanaan
upacara bendera ada hari senin pun juga belum lama dan rutin dilaksanakan.
Menurut hasil wawancara dengan penduduk sekaligus PNS di Sebatik (2012)
rata-rata sekolah di Sebatik baru melaksanakan upacara bendera hari senin baru
dua tahun belakangan ini, sebelumnya belum pernah. Begitu pula dengan kebiasaan
mereka yang lebih juga makan makanan produk Malaysia. Selain karena enak dan
bervariasi, produk Malaysia harganya juga lebih murah. Hal ini dikarenakan
hubungan yang begitu erat antara warga Sebatik dengan Malaysia yang sulit untuk
dipisahkan. Anggota keluarga dan kerabat mereka banyak yang ada di Tawau,
karena pada awal sebelum sebagian Pulau Sebatik ditetapkan sebagai wilayah NKRI
pada tahun 1981 (Noveria, 2006 ) mereka tersebar dan terpisah satu sama lain.
Masyarakat Sebatik memiliki ketergantungan
yang tinggi dengan Kota Tawau, Malaysia, terutama di bidang ekonomi. Dengan perannya
sebagai pasar potensial bagi produk-produk (pertanian, perkebunan, serta
perikanan) dari Kalimantan Timur, terutama Sebatik, juga sebagai penyedia
berbagai barang keperluan sehari-hari, Kota Tawau menjadi tujuan mobilitas
penduduk Pulau Sebatik untuk menjual barang-barang produksi dan berbelanja
barang-barang keperluan rumah tangga. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja,
meskipun melalui prosedur illegal,
merupakan daya tarik bagi angkatan kerja dari Pulau Sebatik.
Nasionalisme Siswa Sebatik yang Bersekolah di Tawau Malaysia
Siswa
Sebatik yang bersekolah di Tawau Malaysia sebagian besar memiliki tingkat
nasionalisme yang tergolong cukup dalam aspek pengetahuan dan sikap. Hal ini
karena mereka belum sepenuhya mengenal Indonesia secara langsung, bahkan
guru-guru mereka juga berasal dari warga Negara Malaysia, hanya sebagian yang
berkebangsaaan Indonesia. Mereka dilahirkan di Malaysia, sejak kecil mereka
sudah berada di Malaysia. Bahkan setiap haripun mereka menggunakan mata uang
riggit dan bahasa melayu. Hal inilah yang menjadi faktor utama yang
mempengaruhi tingkat nasionalisme siswa di Tawau Malaysia. Faktor lain yang
mempengaruhi yakni bahwa siswa di Holy Trinity yang merupakan sekolah khusus
anak TKI di Malaysia belum memiliki seragam sekolah, seperti siswa di
Indonesia.
Hal ini
hampir sama dengan siswa Sebatik yang disekolahkan oleh orang tuanya di sekolah
kerajaan Malaysia.Mereka menggunakan kurikulum Malaysia dan segala aturan
tentang pendidikan Malaysia. Mereka juga tidak diajarkan mengenai lagu
kebangsaan Indonesia Raya apalagi Pancasila. Setiap harinya mereka mengenal
Malaysia, bukan Indonesia. Menurut keterangan dari orang tua murid yang
menyekolahkan anaknya di Sekolad Dasar di Kerajaan Malaysia (wawancara pribadi,
2012) mereka lebih suka mensekolahkan anak mereka di Malaysia karena kualitas
pendidikan di Malaysia lebih baik daripada di Sebatik. Anak-anak bisa
bersekolah dengan jaminan pekerjaan dari pemerintah setelah mereka lulus.
Begitu pula dengan pelayanan di Malaysia lebih nyaman, siswa tidak perlu
bersusah payah mencari sekolah ketika mereka lulus dari satu jenjang
pendidikan, pemerintah lah yang akan menempatkan mereka di sekolah sesuai
dengan bakat yang dimiliki siswa.
Nasionalisme Siswa SD yang bersekolah di Sebatik dengan siswa yang
bersekolah di Tawau, Malaysia
Berdasarkan
aspek pengetahuan dan sikap, tingkat nasionalisme siswa SD yang bersekolah di
Sebatik termasuk lebih tinggi daripada tingkat nasionalisme siswa SD yang
bersekolah di Tawau, Malaysia. Hal ini dipengaruhi bahwa keberadaan siswa
Sebatik yang berada di Indonesia mendapatkan materi dan kurikulum tentang Indonesia lebih banyak.
Apalagi siswa Sebatik di Indonesia juga mendapatkan pengajaran dari guru-guru
Indonesia asli. Keadaan yang demikian tersebut berbeda jauh dengan anak-anak
TKI Sebatik di Tawau Malaysia. Meskipun mereka diajarkan mengenai kurikulum
Indonesia, tetapi kehidupan setiap harinya mereka menggunakan budaya Malaysia.
Bahasa, mata uang, kebudayaan, dan segala hal tentang Malaysia mereka peroleh
di bangku sekolah. Begitu pula dengan guru-guru di sekolah yang sebagian besar
merupakan warga Negara Malaysia. Hal ini senada dengan siswa SD Sebatik yang
bersekolah di sekolah kerajaan Malaysia di Tawau, Malaysia. Mereka bahkan
menggunakan kurikulum dan segala hal dengan pendidikan di Malaysia. Bahkan
mereka tidak tahu sama sekali tentang lagu Indonesia Raya.
Kondisi
demikian memang tidak bisa disalahkan, karena masyarakat Sebatik memiliki
ketergantungan secara ekonomi kepada negara Malaysia. Hubungan timbal balik
antara Negara Indonesia dan Malaysia dalam bidang ekonomi maupun tenaga kerja
menjadi faktor utama yang menyebabkan mereka bisa menghidupi keluarga. Akan
tetapi, di sisi lain hal ini menyebabkan mata uang ringgit dan segala
kebudayaan dari Malaysia bercampur baur di Sebatik yang mempengaruhi kebiasaan
masyarakat termasuk anak-anak di Sebatik, Indonesia. Sebatik, sebagai wilayah
perbatasan sekaligus teras NKRI sudah mulai luntur cirri-ciri nasionalismenya.
Masyarakat Sebatik sendiri tidak bisa disalahkan, tetapi memang karena
kurangnya peembangunan di wilayah tersebut.
KESIMPULAN
Tingkat
Nasionalisme siswa Sebatik yang bersekolah di Sebatik, Indonesia tergolong
tinggi dalam aspek pengetahuan dan sikap. Akan tetapi berdasarkan aspek
perbuatan, siswa Sekolah Dasar di Sebatik belum mencerminkan nilai-nilai
nasionalisme. Sedangkan tingkat nasionalisme siswa SD Sebatik yang bersekolah
di Tawau, Malaysia berdasarkan aspek pengetahuan dan sikap tergolong cukup. .
Akan tetapi berdasarkan aspek perbuatan, siswa Sekolah Dasar Sebatik yang
bersekolah di Tawau belum mencerminkan nilai-nilai nasionalisme, kerena memang
mereka tinggal di Malaysia.
Ketergantungan
yang sangat besar dalam bidang ekonomi maupun tenaga kerja dari penduduk
Sebatik, Indonesia dengan Kota Tawau, Malaysia menjadi faktor utama yang
mempengaruhi nasionalisme penduduk Sebatik, terutama siswa sekolah dasar.
Hubungan timbal balik antara kedua wilayah yang berbeda negara ini memang tidak
bisa dibendung dan akan bertahan terus sepanjang waktu selama Koa Tawau
memiliki keunggulan yang tidak dimiliki Sebatik. Warga sebatik membutuhkan Kota
Tawau untuk menjual hasil perdagangan mereka dengan harga jual yang tinggi,
karena apabila dijual ke Tarakan keuntungannya sangat kecil. Begitu pula
sebaliknya, Tawau membutuhkan bahan mentah dari Sebatik untuk diolah dan
membutuhkan tenaga kerja dari Sebatik untuk mengolah perkebunan kelapa sawit
mereka, terkadang mereka juga bekerja sebagai buruh bangunan maupun penjaga toko.
Sumber:
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta, pp. 12, 141, dan 151.
Noveria,
Mita. 2006. Mobilitas Penduduk
Sebatik-Tawau: Dari Perdagangan Sampai Pengobatan, (online),
(http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/8446/8446.pdf)
, diakses 10 Maret 2012.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tribun, Kaltim.
2011. Tingginya Angka Putus Sekolah di
Sebatik, (online), (http://tribunkaltim.com/2011/08/angka-putus-sekolah-sebatik.html), diakses tanggal 15 Agustus 2011.
Wiyono, B. B. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif, Program SP4 Jurusan Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Malang, pp. 24, 29, dan 37.
Yudhi. 2008. Nasionalisme,
(online), (http://yudhim.blogspot.com/2008/01/nasionalisme.html), diakses
tanggal 15 Agustus 2011.
File Artikel PDF silakan lihat di link berikut
Sabtu, 07 Mei 2011
ANALISIS PENATAAN RUANG PEMBANGUNAN SIMPANG LIMA GUMUL SEBAGAI CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) KABUPATEN KEDIRI
ANALISIS PENATAAN RUANG PEMBANGUNAN SIMPANG LIMA GUMUL SEBAGAI CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD)
KABUPATEN KEDIRI
ESEI
UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATAKULIAH
Geografi Pengembangan Wilayah
yang dibimbing oleh Satti Wagistina, S.P., M.Si
Oleh
Asis Wahyudi
109821422712
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
April 2011
Perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif dan positif terhadap kehidupan manusia. Perkembangan kota membutuhkan ruang sebagai tempat hidup penduduk dan aktivitasnya. Pertambahan jumlah penduduk berarti juga termasuk peningkatan kebutuhan ruang. Perkembangan tersebut tidak pernah lepas dari tata ruang perkotaan. Struktur tata ruang merupakan merupakan unsur terpenting dalam pengembangan sebuah kota. Perencanaan infrastruktur harus mengacu pada struktur yang telah ditetapkan, hal ini agar tidak terjadi disparitas antarwilayah.
Kabupaten Kediri memiliki kondisi yang beraneka ragam, baik dalam segi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, maupun perkembangan wilayah. Berdasarkan alasan tersebutlah, pemerintah Kabupeten Kediri melakukan strategi pengembangan kawasan yang baik yang mengacu pada perkembangan terarah dengan seoptimal mungkin mendorong perkembangan wilayah dan sektor potensial pada setiap wilayah. Hal ini agar dapat mengurangi disparitas antarwilayah di Kabupaten Kediri. Perkembangan wilayah tersebut dapat dapat dioptimalkan jika setiap wilayah memiliki pusat pelayanan, sehingga setiap wilayah memiliki satu pusat sehingga perkembangan wilayah dapat mendorong perkembangan sekitarnya melalui proses interaksi antarwilayah.
Secara konseptual hal tersebut dapat diwujudkan dengan menetapkan kota-kota kunci yang umumnya kota ini memiliki karakter kota terbesar di wilayahnya, lokasinya sentral, aksesnya bagus, dan memiliki sektor kegiatan tertentu yang mampu memacu perkembangan wilayah di sekitarnya. Kota-kota kunci ini nantinya akan menjadi penentu pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya, sehingga perbedaan antarwilayah dapat dicegah, tanpa harus mengesampingkan perkembangan wilayah yang potensial untuk berkembang.
Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam struktur tata ruang wilayah ditetapkan model regionalisasi, atau pembentukan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Setiap SSWP memiliki wilayah pendukung dan pusat SSWP harus diberi kelengkapan berupa penunjang sosial ekonomi dalam pelayanan subregional. Wilayah ini harus memiliki aksesibilitas yang tinggi pada wilayah sekitarnya dan ke Kediri sebagai pusat SSWP, sedangkan fasilitas sosial ekonomi harus ada pada setiap pusat SSWP.
Berdasarkan kondisi yang ada di Kabupaten Kediri, maka wilayah pengembangannya dibagi menjadi tujuh (7) SSWP(RTRW Kabupaten Kediri 2003-2010). Dalam perkembangannya, setiap SSWP memiliki satu pusat pertumbuhan, sedangkan di Kabupaten Kediri sendiri akan dibuat pusat pertumbuhan wilayah berupa Central Business District. Sistem kepusatan suatu kota (Central Business District/CBD) dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penduduk yang dilayani, yang digambarkan sebagai suatu struktur hirarki mulai dari tingkat pelayanan yang tertinggi sampai terendah. Ditinjau dari skala suatu kota untuk membentuk suatu sistem kepusatan dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu skala regional, skala kota, dan skala lokal. CBD Kabupeten Kediri merupakan sistem pusat pelayanan kota. Kebijaksanaan sistem pusat pelayanan berskala kota diarahkan sebagai berikut :
a. Pusat Pelayanan berskala kota didefinisikan sebagai fasilitas yang lingkup pelayanannya mencakup wilayah kota bersangkutan.
b. Pusat pelayanan skala kota meliputi faslitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah perencanaan.
c. Lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kota yang sudah ada.
d. Mempunyai kemudahan aksesbilitas terhadap bagian wilayah kota yang dilayani.
e. Lokasinya diarahan pada tempat yang cenderung sentris dengan maksud agar bisa dicapai secara lebih merata dari setiap bagian wilayah kota (RTRW Kab Kediri, 2003-2010).
Gambar 1: Peta SSWP Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri merupakan daerah agraris dan daerah potensi pariwisata dan memiliki posisi yang sangat strategis sebagai pusat pengembangan perekonomian (Growth Pole Theory) karena terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Timur bagian barat. Demografi sangat mendukung untuk pusat pengembangan perekonomian. Namun demikian dari sisi ekonomi sampai saat ini belum tergarap secara maksimal, karena selama ini kegiatan perekonomian terkonsentrasi di Surabaya. Oleh karena itu perlu dibentuk baru (Trade Centre) di wilayah Jawa Timur Bagian Barat. Dengan demikian masyarakat akan memiliki alternatif yang lebih ekonomis dan effisien untuk melakukan kegiatan perdagangan pada khususnya dan kegiatan ekonomi lainnya.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut di atas, sebagai langkah awal Pemerintah Kabupaten Kediri membangun Pusat perdagangan (Trade Centre), Simpang Lima Gumul (SLG) untuk tahap awal dengan luas 13 hektar dan dapat terus berkembang sesuai kebutuhan. Konsep penataan kawasan ini adalah blok massa (bangunan) dengan pola radial dan di pusatnya terdapat sebuah monument. Monumen itu sendiri merupakan sebuah gedung pertemuan, minimarket, ruang diorama, dan mall (masih dalam proses pengerjaan). Dengan dibangunnya pusat perdagangan baru ini maka akan terbentuk aglomerasi spasial dari industri-industri yang saling berkaitan yang mengandung suatu pertumbuhan industri propulsive. Suatu aglomerasi spasial dari industri yang saling berkaitan, yang akan berkembang menjadi pusat perkotaan baru, yang melalui ekspansinya akan mendorong pertumbuhan pada daerah hinterland.
Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) yang sebelum dibangun dikenal dengan nama Proliman, berada di Desa Tugurejo, Kecamatan Gampengrejo, Kediri, yang merupakan persimpangan arah selatan ke Wates/Pesantren, arah timur ke Gurah, arah utara ke Pagu, arah timur laut ke Pare, dan arah ke Barat ke Kota Kediri. SLG sendiri terletak di SSWP ”D” dengan pusat pertumbuhannya adalah Kecamatan Gampengrejo. Kegiatan utama yang diharapkan dari SSWP D ini adalah pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, pertanian, pendidikan, industri, dan pariwisata (RTRW Kabupaten Kediri, 2003).
Gambar 2: Monumen Simpang LIma Gumul dari sisi utara
Simpang Lima Gumul sebagai Kawasan CBD Baru Kabupaten Kediri
SLG (Simpang Lima Gumul) Kediri menjadi titik tengah kawasan seluas sekitar 13 ha yang dijadikan Bupati Kediri saat itu, Sutrisno, sebagai Pusat Kawasan Bisnis atau populer disebut Central Business District (CBD) Kabupaten Kediri. CBD dengan SLG Kediri sebagai ikonnya adalah megaproyek prestisus. Sebagai pusat bisnis, kawasan tersebut memiliki konsep awal dengan pembangunan pusat pertokoan modern, mall, hotel berbintang, wisata kuliner dan rekreasi, hingga terminal.
Rencana Kabupaten Kediri untuk membangun dan mengembangkan kota mandiri di Simpang Lima Gumul (SLG) masih membutuhkan proses yang panjang. Pasalnya, total kebutuhan investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikannya mencapai Rp1 triliun lebih. Saat ini perencanaan pembangunan kota baru di SLG sedang dilakukan, dan di sana akan dijadikan sebuah kota mandiri dengan berbagai fasilitas yang dapat memacu perkembangan di Kabupaten Kediri terutama pada sektor ekonomi seperti pusat grosir, water park, dan juga perhotelan.
Menurut Imadudin dalam Ghaffar (2010), Kasi Promosi dan Kerjasama Kantor Penanaman Modal Kabupaten Kediri, untuk merealisasikan mega proyek seluas 37 hektar tersebut dibutuhkan investasi sebesar Rp 1 triliun lebih. Untuk itu, pihak Pemkab Kediri mengundang investor dalam negeri khususnya yang ada di Surabaya untuk berinvestasi di sana. Sejauh ini, fasilitas yang sudah terbangun di sana adalah monumen SLG, infrastruktur dasar seperti akses jalan, pasar, dan perbankan. Baru-baru ini telah diresmikan tempat wisata air (waterpark) dan terminal gumul. Pembangunan kawasan wisata tersebut telah menelan biaya Rp 100 miliar. Sedangkan saat ini yang masih digarap adalah pusat perbelanjaan dan convention centre.
Sumber pembiayaan pembangunan tersebut tidak akan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Kediri. Hal ini dikarenakan telah adanya tawaran kerjasama dari konsorsium pengusaha yang bersedia mengucurkan dana Rp 100 miliar. Sementara untuk pembangunan fasilitas lainnya seperti trade center atau mall dan hotel masih diusahakan. Trade center tersebut diyakini bisa memperpendek jarak ke pusat grosir. Pasalnya, tempat tersebut akan dirancang sebagai pusat grosir untuk wilayah Kediri dan sekitarnya. Dengan pembangunan SLG ini, diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kediri dari 4% di tahun ini menjadi 5%. Sebab disini pasti ada multiplier effect nantinya. Kawasan itu dibangun dengan sistem multiyears atau tahunan, sejak 2003 dan hingga kini masih berjalan. Total dana yang sudah dikeluarkan untuk proyek menara itu sudah mencapai Rp300 miliar.
Fasilitas di Simpang Lima Gumul
Sebuah CBD yang notabene sebagai tempat berdirinya pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa harus memenuhi berbagai syarat dalam hal fasilitas fisik yang dibangun. Menurut RTRW Kabupaten Kediri (2003) pusat pelayanan berskala kota harus meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah perencanaan.
Fasilitas yang ada ataupun yang sedang dibangun di Monumen Simpang Lima Gumul sebagai CBD adalah sebagai berikut:
1. Pusat perdagangan
Pusat perdagangan (trade centre) di SLG ini masih dalam proses pengerjaan. Lokasi dari trade centre ini berada di bawah tanah monumen Simpang Lima Gumul. Rencananya, di ruang bawah tanah tersebut dibangun mall, pusat grosir dan pusat pameran barang-barang produksi khas Kabupaten Kediri. Di basement saat ini mulai dibangun ruang serbaguna, ruang yang direncanakan untuk tempat penjualan aneka souvenir dan produk unggulan asli Kabupaten Kediri. Lalu ruang pertemuan di gedung utama serta auditorium di lantai berikutnya. Monumen itu juga memiliki tiga akses jalan bawah tanah terhubung ke tempat parkir.
2. Convention Hall (Aula Pertemuan)
Gedung pertemuan di SLG masih dalam proses pengerjaan. Lokasi gedung pertemuan ini berada di selatan monumen SLG. Convention hall ini dibangun dua lantai dengan berbagai fasilitas layaknya sebuah gedung pertemuan. Rencananya covention hall ini akan digunakan untuk berbagai kegiatan pertemuan seperti seminar, penyuluhan dan pertemuan dengan kepala daerah. Dengan adanya gedung pertemuan di CBD ini akan meningkatkan perekonomian daerah, sebab gedung ini akan disewakan dengan kapasitas lebih dari 500 orang.
Gambar 4: Convention Centre SLG
3. Bank Daerah
Salah satu fasilitas di CBD SLG adalah Bank Daerah Kabupaten Kediri. Bank ini merupakan sarana untuk membantu mengelola keuangan daerah. Prinsip dari bank daerah ini hampir sama dengan bank perkreditan rakyat. Masyarakat Kabupaten Kediri akan dibantu dengan peminjaman modal untuk membantu usaha yang mereka jalankan.
4. Sub Terminal Gumul
Transportasi merupakan sarana penting dalam menunjang perekonomian suatu daerah. Pemkab Kediri sangat memahami hal tersebut. Pembangunan Subterminal Gumul merupakan upaya untuk menunjang perekonomian daerah Kabupaten Kediri. Di samping terminal dibangun Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri. Diharapkan dengan adanya dinas perhubungan yang dekat akan lebih memperlancar koordinasi transportasi di Kabupaten Kediri.
5. Waterpark (Gumul Paradise Island)
Menurut Bupati Kediri, Kawasan Simpang Lima Gumul merupakan kawasan yang diproyeksikan sebagai pusat perdagangan yang bisa memperkenalkan dan menjual produk masyarakat dari home industry. Salah satu cara untuk menjadikan kawasan ini menjadi ramai oleh pengunjung adalah dengan membangun sarana pariwisata. Keberadaan Gumul Paradise Island ini tentu saja akan menarik masyarakat Kediri dan sekitarnya untuk berkunjung ke kawasan SLG. Keberadaan Gumul Paradise Island memberikan dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan SLG, salah satunya adalah mengurangi pengangguran. Berbagai peluang usaha dapat tercipta, seperti menyediakan jasa penitipan kendaraan/parkir serta menjual berbagai makanan, barang ataupun oleh-oleh bagi pengunjung.
Gambar 5: Gumul Paradise Island
Pembangunan Gumul Paradise Island telah dimulai setahun silam. Obyek wisata yang dibangun di area seluas 1,5 Ha ini semakin meningkatkan aktivitas perekonomian di SLG serta melengkapi berbagai sarana dan fasilitas yang sudah ada, seperti terminal, Bank Daerah, dan gedung pertemuan. Disamping menjadi salah satu obyek wisata unggulan, wahana wisata air ini dapat menjadi alternatif tujuan masyarakat ketika mengunjungi kawasan SLG, selain Pasar Tugu dan monumen Simpang Lima Gumul yang telah menjadi ikon Kabupaten Kediri.
Berbagai wahana permainan yang tersedia di Gumul Paradise Island, seperti fun boomerang, speed slide, jamur air, flying fox dan kid water play set.Di salah satu sudut pun terdapat food court bagi pengunjung untuk beristirahat dan mencoba berbagai menu makanan. Aneka makanan khas Kediri seperti produk olahan tahu dan mangga podang juga turut dijual. Sementara itu, ada juga tempat penjualan oleh-oleh khas Kediri di merchandise shop. Di area yang cukup luas tersebut, pengunjung disuguhi beragam produk home industry masyarakat, seperti tas dan dompet dari batok kelapa, batik khas kediri, aneka bentuk kerajinan tembikar, berbagai aksesoris hingga sandal dan pakaian.
6. Studio JTV Kediri
Media komunikasi sangat dibutuhkan dalam pengembangan suatu wilayah, apalagi suatu pembangunan kota baru seperti Kabupaten Kediri dengan SLG sebagai CBD-nya. Di SLG ada studio JTV Kediri yang terletak di dalam monumen. Stasiun televisi ini menyiarkan berita dan berbagai perkembangan di Kediri dan sekitarrnya, sehingga mampu mempermudah penyebaran informasi terkini kepada masyarakat.
Analisis Simpang Lima Gumul sebagai CBD Kabupaten Kediri
1. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi untuk proyek relokasi Simpang Lima Gumul tertuang dalam Surat Bupati Kediri nomor 593/782/418.52/2002 tanggal 29 April 2002. Persetujuan ini diberikan berdasarkan surat permohonan yang telah diajukan oleh Bagian Perlengkapan Pemerintah Kabupaten Kediri nomor 593/782/418.31/2002 tanggal 11 Maret 2002 perihal permohonan pemberian persetujuan penetapan lokasi pengadaan tanah proyek relokasi Simpang Lima Gumul.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat Gampengrejo dan staf Bagian Perlengkapan Pemerintah Kabupaten Kediri bahwa lokasi pengadaan tanah yang diajukan untuk relokasi SLG sudah dilaksanakan studi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Peruntukan tanah yang dimohon telah diteliti dan sesuai dengan Revisi RTRW Kabupaten Kediri (Perda Kabupaten Kediri nomor 5 tahun 2003) yang telah diganti dengan RTRW Kabupaten Kediri Tahun 2003-2010 dan Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota/Rencana Detail Tata Ruang Kota Ibukota Kecamatan Gampengrejo Tahun 1998/1999-2008/2009. Penggunaan tanah yang dimohon tidak merugikan masyarakat karena harga tanah yang ada di sekitar pembangunan menjadi naik dan akses jalan serta arus lalu lintas di Simpang Lima Gumul akan menjadi lebih lancar daripada yang sebelumnya (Oktavio, 2008).
Gambar 6: Lokasi CBD SLG
Pelaksanaan pembangunan SLG tidak sepenuhnya sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. Masalah muncul mengenai status kepemilikan tanah kawasan SLG. Kasus ini berawal dari terkuaknya kenyataan bahwa tanah SLG dan sekitarnya yang selama ini dibeli oleh pemerintah kabupaten melalui dana APBD ternyata belum sah menjadi milik pemkab. Terbukti, hingga saat ini pembelian tanah yang menghabiskan dana milik masyarakat hingga puluhan bahkan ratusan miliar ini belum mempunyai sertifikat. Padahal salah satu bukti bahwa tanah dimiliki seseorang atau lembaga/instansi adalah dengan menunjukkan sertifikat.
Sampai sekarang, status lahan bangunan prestisius itu tidak jelas. Menurut Redaksi Demonstran (2011), hingga September 2010, baru empat petak yang masuk proses sertifikasi di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kediri, selebihnya belum diajukan. Berdasarkan data yang diperoleh wartawan, menyebutkan empat petak yang sekarang dalam proses sertifikasi itu masing-masing seluas 1.767 meter persegi, 1.169 meter persegi, 175 meter persegi, dan 4.790 meter persegi. Menurut BPN (Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Kediri, sampai saat ini proses sertifikasi sedang berlangsung. BPN, menurutnya masih memproses peta bidang. Pengukuran tanah untuk empat bidang itu baru tuntas pada beberapa bulan lalu.
Lambatnya proses sertifikasi tanah ini karena persyaratan yang diajukan pemkab dalam sertifikasi juga belum lengkap. Sehingga pihak BPN tidak bisa memproses sertifikasi lebih lanjut. Adapun persyaratan yang belum dipenuhi, diantaranya: bukti pajak PPH, bukti pendukung tanah yang dimohon, pernyataan selisih luas tanah , dan beberapa persyaratan lainnya. Jika persyaratan tersebut telah terpenuhi, BPN barulah akan melanjutkan proses sertifikasi.
Empat bidang tanah yang sekarang dalam proses sertifikasi BPN adalah tanah yang terletak di selatan SLG. Lokasinya masuk kawasan Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem. Sedangkan tanah yang di lokasi lainnya, masih belum dalam proses sertifikasi, termasuk tanah yang ditempati monument SLG dan menjadi kompleks perkantoran serta tanah tempat convention hall berdiri. Berikuta adalah tanah SLG yang masih dalam Proses Sertifikat (BPN dalam Demonstran 2011):
a. Petak 1.767 meter persegi
b. Petak 1.169 meter persegi
c. Petak 175 meter persegi
d. Petak 4.790 meter persegi
e. Syarat yang belum dipenuhi : Bukti pajak PPH, bukti pendukung tanah yang dimohon, pernyataan selisih luas tanah.
2. Penataan Bangunan
Secara umum, penetapan lokasi Simpang Lima Gumul memang tidak menyalahi aturan dari RTRW Kabupaten Kediri maupun RDTRK Kecamatan Gampengrejo. Akan tetapi, penataan bangunan di SLG masih belum sepenuhnya layak sebagai suatu CBD. Menurut RTRW Kabupaten Kediri (2003), sebagai pusat pelayanan skala kota faslitasnya meliputi: pusat pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah perencanaan. Lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kota yang sudah ada.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa fasilitas pusat perdagangan dibangun di basement monumen, terminal dan waterparka ada di sisi utara dan barat laut monumen, sedangkan convention hall ada di sisi selatan monumen. Padahal kalau mengacu pada aturan di RTRW Kabupaten tersebut, seharusnya fasilitas utama sebagai CBD adalah adanya pusat pemerintahan di area CBD, sementara pusat pemerintahan Kabupaten Kediri berada 1,5 km barat Monumen SLG tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta 1 Kediri. Pusat pendidikan berupa Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri berada 0,5 km dari pusat monumen. Tentunya hal ini perlu dipertanyakan tentang kelayakan Simpang Lima Gumul sebagai CBD Kabupaten Kediri. Apalagi tempat peribadatan dan kesehatan sebagai sarana vital juga belum ada dalam rencana pembangunan SLG. Hal ini semakin mengurangi syarat suatu CBD yang dibangun.
Dalam artikel yang ditulis oleh Dandung Purwono disebutkan bahwa pembangunan water park di area SLG merupakan bentuk ketidakfahaman kepala daerah Kabupaten Kediri tentang penetaan ruang. Bupati akan membanguan sebuah kota baru dengan simbol monumen SLG, sedangkan tidak lebih dari satu kilometer ada waterpark, di seberang jalan ada terminal dan tidak jauh lagi disisi utara ada pabrik susu. Ini jelas menyalahi aturan pembangunan tataruang yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam aturannya, tidak menyebutkan fasilitas pariwisata di dalam sebuah pusat pelayanan berskala kota, dan dalam hal ini adalah CBD Kabupaten Kediri.
Apalagi keberadaan subterminal yang berada di seberang waterpark dan sangat dekat dengan pusat CBD dirasa kurang pas. Meskipun dalam rencana memang ada, tetapi bukan tidak mungkin jika memang nantinya pembangunan SLG sudah benar-benar rampung, kesan kumuh, kotor, dan kurang nyaman (crowded) akan nampak mengganggu keindahan Simpang Lima Gumul yang menjadi trade center. Belum lagi jika terjadi tindak kriminal di sekitar terminal, pasti para pengusaha dan investor besar yang sedang berbisnis di mall dan pusat trade centre akan sangat terganggu. Dinas perhubungan yang ada di sebelah barat terminal harus mampu mengelola keberadaan terminal agar lebih mampu meningkatkan kemudahan aksesibilitas menuju pusat CBD. Pasalya banyak sekali sopir angkot dan kernet bus yang mengeluh kekurangan penumpang jika harus lewat SLG. Mereka mengeluhkan aturan wajib ini, biaya bensin yang mereka keluarkan lebih besar daripada yang sebelumnya karena lewatnya harus memutar monumen.
Keberadaan pasar tugu setiap hari Sabtu dan Minggu di satu sisi memang memberikan manfaat bagi para penduduk Kabupeten Kediri untuk memasarkan hasil produksinya. Hanya saja, saat ini pelaksanaannya masih belum maksimal. Penataannya masih terkesan kurang baik dan pedagangnya pun masih belum begitu ramai. Apalagi sapah-sampah yang sering berceceran ke mana-mana. Meskipun sudah ada pihak yang membersihkan, namun ada saja pedagang yang nakal yang membuang sampah sembarangan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, saat SLG sudah rampung nanti akan menimbulkan berbagai masalah yang kompleks lainnya.
Gambar 7: Pasar Tugu di SLG
Idealnya, dalam sebuah CBD ada Ruang Terbuka Hijau yang dikelola sedemikian rupa. Luas Ruang Terbuka Hijau alah 30% dari luas kawasan yang direncanakan (Sumarmi, 2010). Akan tetapi keberadaan RTH di SLG masih berupa persawahan dan bukan taman yang dikelola. Keberadaan RTH ini selain sebagai penyejuk juga mampu menambah nilai estetis sebuah banguanan.
Namun demikian, salah satu upaya penting dalam pengembangan trade centre adalah adanya studio JTV sebagai sarana untuk mengomunikasikan hasil industri dan keunggulan berinvestasi di CBD Kabupaten Kediri tersebut. Dengan adanya media komunikasi tersebut produk-prodik dan fasilitas terbaru dari Simpang Lima Gumul akan lebih mudah untuk dipasarkan.
Dampak Pembangunan Simpang Lima Gumul sebagai CBD Kabupaten Kediri
Pembangunan Simpang Lima Gumul memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak pembanguan ini mampu dirasakan oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah. Adapun dampak pembangunan SLG dalam berbagai aspek sebagai berikut:
1. Dampak Sosial
a. Dampak positif
Pembangunan Simpang Lima Gumul memnberikan dampak pada masyarakat daerah hinterland. Sebagian masyarakat sangat antusias untuk mengunjungi monumen. Di desa tempat penulis tinggal ada kelompok kereta kelinci yang menawarkan jasa angkutan kepada warga desa untuk jalan-jalan khusus ke Simpang Lima Gumul pada hari Sabtu-Minggu. Setiap Sabtu-Minggu, baik anak-anak maupun ibu-ibu berbondong-bondong ikut rombongan. Apalagi hari Sabtu-Minggu ada pasar tugu di SLG, hal ini semakin menambah ramainya monumen SLG.
Setiap ada event tertentu, SLG selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai penjuru daerah, mulai dari warga desa maupun warga Kota Kediri. Beberapa waktu lalu ada festival pekan budaya untuk memperingati hari ulang tahun Kabupaten Kediri. Berbagai acara yang digelar mampu meyedot antusiasme masyarakat, sehingga memberikan kesan kota yang lebih hidup.
Dampak positif lainnya adalah adanya SLG sebagai CBD mampu mengurangi pengangguran di Kabupaten Kediri. Dikutip dari Harian Media Indonesia (2010) Haryanti, Bupati Kediri, mengungkapkan bahwa keberadaan Simpang Lima Gumul ini pelan-pelan memberikan dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan SLG, salah satunya adalah mengurangi pengangguran. Berbagai peluang usaha dapat tercipta, seperti menyediakan jasa penitipan kendaraan/parkir serta menjual berbagai makanan, barang ataupun oleh-oleh bagi pengunjung.
b. Dampak Negatif
Saat ini keneradaan minumen yang masih sepi, artinya belum begitu banyak wirausaha yang dilakukan oleh masyarakat di area CBD. Lokasi yang las dan jalanan yang mulus seringkali digunakan oleh anak-anak muda untuk mengadakan balapan liar di sekitar monumen. Tentunya hal ini sangat mengganggu kenyaman masyarakat lain. Apalagi saat konser-konser musik ataupun even tertentu biasanya menimbulkan tawuran yang melukai warga.
Nampaknya permasalahan sosial berkaitan dengan pengadaan lahan SLG masih belum usai. Besarnya ganti rugi belum sepenuhnya diterima oleh penduduk yang tanahnya dibeli oleh pemerintah untuk pembangunan. Kebanyakan masyakat mengeluh karena besarnya uang ganti rugi tidak sesuai. Menurut Oktavio (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan masih ada dua orang pemegang hak atas tanah yang belum bersedia diganti uangnya meskipun sudah merelakan tanahnya dibeli untuk kepentingan umum, karena besarnya ganti rugi yang telah ditetapkan dianggap masih terlalu rendah. Berikut adalah data besarnya ganti rugi tanah.
Tabel 1: Besarnya Ganti Kerugian tanah (Oktavio, 2008).
No Klasifikasi Harga Satuan Per Ru (Rp)
1. Pinggir jalan raya gumul 4.000.000,-
2. Jarak dari Jalan Raya Gumul 250 m 2.750.000,-
3. Jarak dari Jalan Raya Gumul >250 m 1.900.000,-
4. Tanah sawah untuk pengganti tanah kas desa 350.000,- s.d. 500.000,-
Besarnya ganti kerugian banguan telah disepakati dengan sistem borongan, akan tetapi besarnya ganti kerugian tetap dituangkan dalam SK Bupati Kediri nomor 698 tahun 2002 tanggal 31 Juli 2002 yaitu gedung permanen dengan tiga kondisi:
Tabel 2: Besarnya Ganti Kerugian Bangunan (Oktavio, 2008).
No Jenis Bangunan Harga Satuan (Rp/M2)
1 Gedung permanen
a. Baik
b. Sedang
c. Tidak Baik
1.190.000,-
890.000,-
300.000,-
2. Dampak Ekonomi
a. Dampak Positif
Keberadaan SLG diharapkan mampu meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Kediri melalui pajak daerah. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan SLG (Surya online):
• Meningkatkan PAD dari retribusi dan pajak
• Meningkatkan kesejahteraan rakyat lewat home industri dan UKM
• Memajukan Kabupaten Kediri di sektor ekonomi dan pariwisata
• Mengurangi pengangguran
Dalam pelaksanaanya, saat ini tujuan itu belum berjalan dengan maksimal.
Pasalnya sampai hari ini baru ada satu investor yang mau berinvestasi di CBD SLG, yakni PT. Panorama Wisata yang berinvestasi dalam pembangunan Gumul Paradise Island.
Namun demikian, secara umum pembangunan Simpang Lima Gumul telah memberikan dampak positif , yakni: dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan ekonomi, meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar yang mempunyai lahan yang cukup luas di sekitar Kawasan Simpang Lima Gumul, meningkatkan pendapatan bagi warga yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh tani menjadi pedagang di Kawasan Simpang Lima Gumul, menciptakan lapangan pekerjaan bagi para remaja dan pengangguran di sekitar Kawasan Simpang Lima Gumul.
b. Dampak Negatif
Dampak yang paling menyolok adalah dampak negatif dari perekonomian di Kabupaten Kediri. Pembangunan CBD dengan SLG sebagai ikonnya tak seindah awal inspirasi pendiriannya. Sejumlah kontroversi yang memantik protes dan unjuk rasa mulai kalangan aktivis antikorupsi hingga budayawan hingga kini terus bermunculan. Kontroversi terbesar adalah gemuknya anggaran APBD yang terkuras untuk kawasan itu. Selebihnya soal transparansi penggunaan anggaran serta sistem tender proyek yang tidak dilakukan secara terbuka. Salah satu pihak yang paling getol menolak dan ingin memerkarakan proyek prestisius ini secara hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Peduli (LBHIP) Kediri. Total dana yang sudah dikeluarkan untuk proyek menara itu sudah mencapai Rp300 miliar. Padahal dalam rencananya membutuhakn dana 1 triliun lebih.
Ada perbandingan menarik antara dana yang dikeluarkan untuk proyek Central Business District (CBD) Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dan anggaran untuk sarana pendidikan. Pada 2007, setidaknya 300 gedung sekolah rusak di kabupaten itu. Namun, pemkab hanya menganggarkan Rp 8,1 miliar untuk sekitar 80 sekolah. Padahal di tahun yang sama mantan Bupati Kediri Sutrisno menganggarkan Rp 71 miliar untuk proyek CBD dan Rp 41,9 miliar pada 2008. Masalah tersebut sunggu ironi. Di tengah kemajua zaman yang menuntut setiap orang untuk pandai justru dana yang seharusnya digunakan untuk pendidikan dilimpahkan pada sesuatu yang lain yang memiliki jangka pendek, yakni uang.
Isu korupsi juga sempat terdengar di kalangan masyarakat. Kabarnya KPK mengusut tidak transparannya dana 48 milyar yang mengucur tanpa sidang paripurna oleh Mantan Bupati Kediri, Sutrisno. Setiap tahun, keuangan daerah terus diperas untuk membiayai proyek multiyears CBD SLG ini, dan DPRD tidak pernah menghalanginya (infokorupsi, 2011). Dari sini kita bisa tahu, ada unsur kerjasama antara pihak pihak yang terkait pembangunan CBD SLG. Entah itu benar ataukah tidak, kita harus selalu waspada dan kritis.
3. Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan pembangunan SLG lebih terfokus pada berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Kota. Di SLG ada ruang terbuka hijau, hanya saja belum dikelola dengan baik. Terbukti dengan masih banyknya persawahan di sekitar monumen yang masih dimanfaatkan oleh warga untuk mencari rumput.
Gambar 8: RTH yang belum dikelola di SLG
Solusi dalam Menanggapi Permasalahan di CBD Simpang Lima Gumul
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di CBD Simpang Lima Gumul, dapat disimpulkan beberapa solusi praktis sebagai berikut:
1. Dalam sengketa kepemilikan sertifikat oleh pemkab, sebaiknya segera diselesaikan. Sebaiknya dari pihak DPRD, segera membentuk Panitia Khusus yang menangani permasalahan sertifikasi tanah SLG. Sampai saat ini pun data tanah yang digunakan untuk pembanguan SLG masih kabur. Dikhawatirkan, jika proses sertifikasi tanah dibiarkan berlarut, status kepemilikan tanah SLG menjadi kabur. Bahkan, bisa saja hilang. Terlebih, bila sudah terjadi pergantian bupati atau pejabat terkait. Kalau mereka yang terlibat sejak awal proses pembelian tanah itu sudah tidak ada, maka akan sulit melacaknya.
2. Menanggapi permasalahan balapan liar di SLG, sebaiknya ada patroli khusus yang mengamankan SLG di saat-saat tertentu, sehingga tidak ada jenis balapan liar yang mengganggu kenyamanan masyarakat.
3. Dugaan korupsi di pemerintahan kabupaten, seharusnya KPK mengusut lebih dalam agar APBD Kabupaten tidak terus menerus mengucur tanpa jelas arahnya.
4. Peningkatan upaya kerjasama dengan para investor dapat segera mengurangi beban keuangan daerah dan pengembangan serta pembangunan kawasan CBD SLG tidak mangkrak. Namun demikian, sebaiknya pembangunan dan pengembangan dari proyek ini diawasi dengan ketat agar tidak terjadi kebocoran dana yang dapat merugikan pemerintah. Serta pembiayaan yang ada seharusnya dapat dilakukan dengan transparan sehingga tidak menimbulkan beberapa kecurigaan dari beberapa pihak yang nantinya juga dapat menghambat pembangunan serta pengembangan kawasan CBD SLG. Dengan pengembangan yang dilakukan dengan bantuan pihak swasta, diharapkan pembangunan proyek ini dapat berkembang ke arah yang lebih baik, tidak “asal jadi”. Dengan suksesnya megaproyek SLG ini nanti, roda ekonomi yang ada di kawasan tersebut akan dapat terpacu dengan adanya CBD tersebut dan SLG benar-benar bisa menjadi ikon baru Kabupaten Kediri.
5. Keberadaan RTH juga harus dikelola dengan baik agar memperindah dan menambah kenyamanan SLG sebagai CBD Kabupaten Kediri. Hal ini karena ruang terbuka hijau dapat mengintegrasikan antara lingkungan, masyarakat, dan kesehatan di lingkungan perkotaan dengan mempromosikan sebuah pendekatan ekologis terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia yang didasari pada kontak dengan alam. Selain itu, RTH juga bermanfaat secara lingkungan, estetis, rekreasi, psikologis, sosial, serta ekonomis bagi masyarakat perkotaan. Vegetasi dalam lahan taman dalam RTH berguna untuk menyerap zat-zat beracun di udara akibat pembakaran dan asap kendaraan bermotor, dan menyerapkan air ke dalam tanah, serta sebagai fasilitas sosial masyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan tata ruang yang saat ini dilaksanakan, SLG belum sepenuhnya layak dikatakan sebagai Central Business District. Hal ini karena masih banyak fasilitas vital yang tidak direncanakan dan tidak dibangun di kawasan CBD SLG. Masih banyaknya kejanggalan dalam hal APBD yang mengucur deras akibat pembangunan Simpang Lima Gumul. Akan tetapi, pembanguan SLG juga memiliki dampak positif dan negatiaf terhadap sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kediri, di antaranya membuka peluang usaha baru bagi masyarakat, sehingga dalam jangka panjang diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Kediri.
Saran
Sebaiknya dalam pembangunan suatu wilayah harus dipertimbangkan mengenai beberapa aspek dalam penngembangannya. Kalau perlu melibatkan kaum cendekiawan, misalnya mahasiswa yang berkompeten dalam bidang perencanaan wilayah, agar dalam perencanaannya dapat ditinjau dari segi penataan ruang yang baik, bukan hanya mementingkan segi ekonomi saja. Karena pada dasarnya dalam pengembangan wilayah, birokrasi sangat erat kaitannya dengan eduakasi. Selain itu, perlu pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah daerah Kediri dalam pelaksanaan pembangunan SLG agar pengucuran dana APBD dapat ditekan.
Daftar Rujukan
Ghafar, Affan. 2010. SLG (Simpang Lima Gumul), Megaproyek Kawasan CBD Baru Kabupaten Kediri, (online), (http://ncreativity4live.blogspot.com/?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=open&toggle=patenMONTHLY-1293868800000&toggleopen=MONTHLY-1298966400000, diakses tanggal 15 April 2011).
Bappeda Kabupaten Kediri. 2003. Rencana Tata RuangWilayah (RTRW) Kabupaten Kediri 2003-2010, tidak diterbitkan. Kediri: Bappeda Kabupaten Kediri.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kediri. 2008. Kabupaten Kediri dalam Angka 2008. Katalog tidak diterbitkan. Kediri: BPS Kabupaten Kediri.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kediri. 2010. Potensi Ekonomi Kabupaten Kediri, (online), (http://kediri.go.id/templates/jsn_epic_pro/favicon/artikel%20SLG_files/modal.html, diakses tanggal 15 April 2011).
Redaksi Infokorupsi. 2011. Bupati Kediri didesak Minta Maaf terkait Proyek Simpang Lima Gumul, (online), (http://infokorupsi.com/skandal%20korupsi%20SLG.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Redaksi Demonstran. 2011. Geger, Tanah SLG Lenyap BPK, KPK, Kepolisian dan Kejaksaan Tak Berkutik, (online), (http://demonstran.com/tanah-slg-lenyap.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Suara Media Nasional. 2011. Haryanti Resmikan Gumul Paradise Island , (online), (http://suaramedianasional.blogspot.com/2011/03/haryanti-resmikan-gumul-paradise-island.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Oktavio, Wahyu P. 2008. Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Simpang Lima Gumul di Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri, (online), (http://pdfchaser.com/pdf/pengadaan-tanah-slg/wahyu-perkasa-oktavio.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Saputra, Edy. 2010. Membopong Arc de Triomphe dari Paris ke Kediri, (online), (http://pdfchaser.com/pdf/media-indonesia/arch-de-triomphe-di-kediri.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Sumarmi. 2010. Peningkatan Partisipasi Masyarakat terhadap Ruang Terbuka Hijau.Pengukuhan Guru Besar Geografi UM. Malang: Universitas Negeri Malang.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Asis Wahyudi
NIM/Offering : 109821422712/B-2009
Jurusan : Geografi
Fakultas : Ilmu Sosial
menyatatakan dengan sebenarnya bahwa esei yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan orang lain yang saya akui sebagai hasil pikiran dan tulisan saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa tulisan ini bukan tulisan ini bukan karya saya, maka hal ini menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya.
Malang, Mei 2011
Asis Wahyudi
(NIM 109821422712)
KABUPATEN KEDIRI
ESEI
UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATAKULIAH
Geografi Pengembangan Wilayah
yang dibimbing oleh Satti Wagistina, S.P., M.Si
Oleh
Asis Wahyudi
109821422712
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
April 2011
Perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif dan positif terhadap kehidupan manusia. Perkembangan kota membutuhkan ruang sebagai tempat hidup penduduk dan aktivitasnya. Pertambahan jumlah penduduk berarti juga termasuk peningkatan kebutuhan ruang. Perkembangan tersebut tidak pernah lepas dari tata ruang perkotaan. Struktur tata ruang merupakan merupakan unsur terpenting dalam pengembangan sebuah kota. Perencanaan infrastruktur harus mengacu pada struktur yang telah ditetapkan, hal ini agar tidak terjadi disparitas antarwilayah.
Kabupaten Kediri memiliki kondisi yang beraneka ragam, baik dalam segi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, maupun perkembangan wilayah. Berdasarkan alasan tersebutlah, pemerintah Kabupeten Kediri melakukan strategi pengembangan kawasan yang baik yang mengacu pada perkembangan terarah dengan seoptimal mungkin mendorong perkembangan wilayah dan sektor potensial pada setiap wilayah. Hal ini agar dapat mengurangi disparitas antarwilayah di Kabupaten Kediri. Perkembangan wilayah tersebut dapat dapat dioptimalkan jika setiap wilayah memiliki pusat pelayanan, sehingga setiap wilayah memiliki satu pusat sehingga perkembangan wilayah dapat mendorong perkembangan sekitarnya melalui proses interaksi antarwilayah.
Secara konseptual hal tersebut dapat diwujudkan dengan menetapkan kota-kota kunci yang umumnya kota ini memiliki karakter kota terbesar di wilayahnya, lokasinya sentral, aksesnya bagus, dan memiliki sektor kegiatan tertentu yang mampu memacu perkembangan wilayah di sekitarnya. Kota-kota kunci ini nantinya akan menjadi penentu pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya, sehingga perbedaan antarwilayah dapat dicegah, tanpa harus mengesampingkan perkembangan wilayah yang potensial untuk berkembang.
Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam struktur tata ruang wilayah ditetapkan model regionalisasi, atau pembentukan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Setiap SSWP memiliki wilayah pendukung dan pusat SSWP harus diberi kelengkapan berupa penunjang sosial ekonomi dalam pelayanan subregional. Wilayah ini harus memiliki aksesibilitas yang tinggi pada wilayah sekitarnya dan ke Kediri sebagai pusat SSWP, sedangkan fasilitas sosial ekonomi harus ada pada setiap pusat SSWP.
Berdasarkan kondisi yang ada di Kabupaten Kediri, maka wilayah pengembangannya dibagi menjadi tujuh (7) SSWP(RTRW Kabupaten Kediri 2003-2010). Dalam perkembangannya, setiap SSWP memiliki satu pusat pertumbuhan, sedangkan di Kabupaten Kediri sendiri akan dibuat pusat pertumbuhan wilayah berupa Central Business District. Sistem kepusatan suatu kota (Central Business District/CBD) dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penduduk yang dilayani, yang digambarkan sebagai suatu struktur hirarki mulai dari tingkat pelayanan yang tertinggi sampai terendah. Ditinjau dari skala suatu kota untuk membentuk suatu sistem kepusatan dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu skala regional, skala kota, dan skala lokal. CBD Kabupeten Kediri merupakan sistem pusat pelayanan kota. Kebijaksanaan sistem pusat pelayanan berskala kota diarahkan sebagai berikut :
a. Pusat Pelayanan berskala kota didefinisikan sebagai fasilitas yang lingkup pelayanannya mencakup wilayah kota bersangkutan.
b. Pusat pelayanan skala kota meliputi faslitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah perencanaan.
c. Lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kota yang sudah ada.
d. Mempunyai kemudahan aksesbilitas terhadap bagian wilayah kota yang dilayani.
e. Lokasinya diarahan pada tempat yang cenderung sentris dengan maksud agar bisa dicapai secara lebih merata dari setiap bagian wilayah kota (RTRW Kab Kediri, 2003-2010).
Gambar 1: Peta SSWP Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri merupakan daerah agraris dan daerah potensi pariwisata dan memiliki posisi yang sangat strategis sebagai pusat pengembangan perekonomian (Growth Pole Theory) karena terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Timur bagian barat. Demografi sangat mendukung untuk pusat pengembangan perekonomian. Namun demikian dari sisi ekonomi sampai saat ini belum tergarap secara maksimal, karena selama ini kegiatan perekonomian terkonsentrasi di Surabaya. Oleh karena itu perlu dibentuk baru (Trade Centre) di wilayah Jawa Timur Bagian Barat. Dengan demikian masyarakat akan memiliki alternatif yang lebih ekonomis dan effisien untuk melakukan kegiatan perdagangan pada khususnya dan kegiatan ekonomi lainnya.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut di atas, sebagai langkah awal Pemerintah Kabupaten Kediri membangun Pusat perdagangan (Trade Centre), Simpang Lima Gumul (SLG) untuk tahap awal dengan luas 13 hektar dan dapat terus berkembang sesuai kebutuhan. Konsep penataan kawasan ini adalah blok massa (bangunan) dengan pola radial dan di pusatnya terdapat sebuah monument. Monumen itu sendiri merupakan sebuah gedung pertemuan, minimarket, ruang diorama, dan mall (masih dalam proses pengerjaan). Dengan dibangunnya pusat perdagangan baru ini maka akan terbentuk aglomerasi spasial dari industri-industri yang saling berkaitan yang mengandung suatu pertumbuhan industri propulsive. Suatu aglomerasi spasial dari industri yang saling berkaitan, yang akan berkembang menjadi pusat perkotaan baru, yang melalui ekspansinya akan mendorong pertumbuhan pada daerah hinterland.
Monumen Simpang Lima Gumul (SLG) yang sebelum dibangun dikenal dengan nama Proliman, berada di Desa Tugurejo, Kecamatan Gampengrejo, Kediri, yang merupakan persimpangan arah selatan ke Wates/Pesantren, arah timur ke Gurah, arah utara ke Pagu, arah timur laut ke Pare, dan arah ke Barat ke Kota Kediri. SLG sendiri terletak di SSWP ”D” dengan pusat pertumbuhannya adalah Kecamatan Gampengrejo. Kegiatan utama yang diharapkan dari SSWP D ini adalah pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, pertanian, pendidikan, industri, dan pariwisata (RTRW Kabupaten Kediri, 2003).
Gambar 2: Monumen Simpang LIma Gumul dari sisi utara
Simpang Lima Gumul sebagai Kawasan CBD Baru Kabupaten Kediri
SLG (Simpang Lima Gumul) Kediri menjadi titik tengah kawasan seluas sekitar 13 ha yang dijadikan Bupati Kediri saat itu, Sutrisno, sebagai Pusat Kawasan Bisnis atau populer disebut Central Business District (CBD) Kabupaten Kediri. CBD dengan SLG Kediri sebagai ikonnya adalah megaproyek prestisus. Sebagai pusat bisnis, kawasan tersebut memiliki konsep awal dengan pembangunan pusat pertokoan modern, mall, hotel berbintang, wisata kuliner dan rekreasi, hingga terminal.
Rencana Kabupaten Kediri untuk membangun dan mengembangkan kota mandiri di Simpang Lima Gumul (SLG) masih membutuhkan proses yang panjang. Pasalnya, total kebutuhan investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikannya mencapai Rp1 triliun lebih. Saat ini perencanaan pembangunan kota baru di SLG sedang dilakukan, dan di sana akan dijadikan sebuah kota mandiri dengan berbagai fasilitas yang dapat memacu perkembangan di Kabupaten Kediri terutama pada sektor ekonomi seperti pusat grosir, water park, dan juga perhotelan.
Menurut Imadudin dalam Ghaffar (2010), Kasi Promosi dan Kerjasama Kantor Penanaman Modal Kabupaten Kediri, untuk merealisasikan mega proyek seluas 37 hektar tersebut dibutuhkan investasi sebesar Rp 1 triliun lebih. Untuk itu, pihak Pemkab Kediri mengundang investor dalam negeri khususnya yang ada di Surabaya untuk berinvestasi di sana. Sejauh ini, fasilitas yang sudah terbangun di sana adalah monumen SLG, infrastruktur dasar seperti akses jalan, pasar, dan perbankan. Baru-baru ini telah diresmikan tempat wisata air (waterpark) dan terminal gumul. Pembangunan kawasan wisata tersebut telah menelan biaya Rp 100 miliar. Sedangkan saat ini yang masih digarap adalah pusat perbelanjaan dan convention centre.
Sumber pembiayaan pembangunan tersebut tidak akan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Kediri. Hal ini dikarenakan telah adanya tawaran kerjasama dari konsorsium pengusaha yang bersedia mengucurkan dana Rp 100 miliar. Sementara untuk pembangunan fasilitas lainnya seperti trade center atau mall dan hotel masih diusahakan. Trade center tersebut diyakini bisa memperpendek jarak ke pusat grosir. Pasalnya, tempat tersebut akan dirancang sebagai pusat grosir untuk wilayah Kediri dan sekitarnya. Dengan pembangunan SLG ini, diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kediri dari 4% di tahun ini menjadi 5%. Sebab disini pasti ada multiplier effect nantinya. Kawasan itu dibangun dengan sistem multiyears atau tahunan, sejak 2003 dan hingga kini masih berjalan. Total dana yang sudah dikeluarkan untuk proyek menara itu sudah mencapai Rp300 miliar.
Fasilitas di Simpang Lima Gumul
Sebuah CBD yang notabene sebagai tempat berdirinya pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa harus memenuhi berbagai syarat dalam hal fasilitas fisik yang dibangun. Menurut RTRW Kabupaten Kediri (2003) pusat pelayanan berskala kota harus meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah perencanaan.
Fasilitas yang ada ataupun yang sedang dibangun di Monumen Simpang Lima Gumul sebagai CBD adalah sebagai berikut:
1. Pusat perdagangan
Pusat perdagangan (trade centre) di SLG ini masih dalam proses pengerjaan. Lokasi dari trade centre ini berada di bawah tanah monumen Simpang Lima Gumul. Rencananya, di ruang bawah tanah tersebut dibangun mall, pusat grosir dan pusat pameran barang-barang produksi khas Kabupaten Kediri. Di basement saat ini mulai dibangun ruang serbaguna, ruang yang direncanakan untuk tempat penjualan aneka souvenir dan produk unggulan asli Kabupaten Kediri. Lalu ruang pertemuan di gedung utama serta auditorium di lantai berikutnya. Monumen itu juga memiliki tiga akses jalan bawah tanah terhubung ke tempat parkir.
2. Convention Hall (Aula Pertemuan)
Gedung pertemuan di SLG masih dalam proses pengerjaan. Lokasi gedung pertemuan ini berada di selatan monumen SLG. Convention hall ini dibangun dua lantai dengan berbagai fasilitas layaknya sebuah gedung pertemuan. Rencananya covention hall ini akan digunakan untuk berbagai kegiatan pertemuan seperti seminar, penyuluhan dan pertemuan dengan kepala daerah. Dengan adanya gedung pertemuan di CBD ini akan meningkatkan perekonomian daerah, sebab gedung ini akan disewakan dengan kapasitas lebih dari 500 orang.
Gambar 4: Convention Centre SLG
3. Bank Daerah
Salah satu fasilitas di CBD SLG adalah Bank Daerah Kabupaten Kediri. Bank ini merupakan sarana untuk membantu mengelola keuangan daerah. Prinsip dari bank daerah ini hampir sama dengan bank perkreditan rakyat. Masyarakat Kabupaten Kediri akan dibantu dengan peminjaman modal untuk membantu usaha yang mereka jalankan.
4. Sub Terminal Gumul
Transportasi merupakan sarana penting dalam menunjang perekonomian suatu daerah. Pemkab Kediri sangat memahami hal tersebut. Pembangunan Subterminal Gumul merupakan upaya untuk menunjang perekonomian daerah Kabupaten Kediri. Di samping terminal dibangun Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri. Diharapkan dengan adanya dinas perhubungan yang dekat akan lebih memperlancar koordinasi transportasi di Kabupaten Kediri.
5. Waterpark (Gumul Paradise Island)
Menurut Bupati Kediri, Kawasan Simpang Lima Gumul merupakan kawasan yang diproyeksikan sebagai pusat perdagangan yang bisa memperkenalkan dan menjual produk masyarakat dari home industry. Salah satu cara untuk menjadikan kawasan ini menjadi ramai oleh pengunjung adalah dengan membangun sarana pariwisata. Keberadaan Gumul Paradise Island ini tentu saja akan menarik masyarakat Kediri dan sekitarnya untuk berkunjung ke kawasan SLG. Keberadaan Gumul Paradise Island memberikan dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan SLG, salah satunya adalah mengurangi pengangguran. Berbagai peluang usaha dapat tercipta, seperti menyediakan jasa penitipan kendaraan/parkir serta menjual berbagai makanan, barang ataupun oleh-oleh bagi pengunjung.
Gambar 5: Gumul Paradise Island
Pembangunan Gumul Paradise Island telah dimulai setahun silam. Obyek wisata yang dibangun di area seluas 1,5 Ha ini semakin meningkatkan aktivitas perekonomian di SLG serta melengkapi berbagai sarana dan fasilitas yang sudah ada, seperti terminal, Bank Daerah, dan gedung pertemuan. Disamping menjadi salah satu obyek wisata unggulan, wahana wisata air ini dapat menjadi alternatif tujuan masyarakat ketika mengunjungi kawasan SLG, selain Pasar Tugu dan monumen Simpang Lima Gumul yang telah menjadi ikon Kabupaten Kediri.
Berbagai wahana permainan yang tersedia di Gumul Paradise Island, seperti fun boomerang, speed slide, jamur air, flying fox dan kid water play set.Di salah satu sudut pun terdapat food court bagi pengunjung untuk beristirahat dan mencoba berbagai menu makanan. Aneka makanan khas Kediri seperti produk olahan tahu dan mangga podang juga turut dijual. Sementara itu, ada juga tempat penjualan oleh-oleh khas Kediri di merchandise shop. Di area yang cukup luas tersebut, pengunjung disuguhi beragam produk home industry masyarakat, seperti tas dan dompet dari batok kelapa, batik khas kediri, aneka bentuk kerajinan tembikar, berbagai aksesoris hingga sandal dan pakaian.
6. Studio JTV Kediri
Media komunikasi sangat dibutuhkan dalam pengembangan suatu wilayah, apalagi suatu pembangunan kota baru seperti Kabupaten Kediri dengan SLG sebagai CBD-nya. Di SLG ada studio JTV Kediri yang terletak di dalam monumen. Stasiun televisi ini menyiarkan berita dan berbagai perkembangan di Kediri dan sekitarrnya, sehingga mampu mempermudah penyebaran informasi terkini kepada masyarakat.
Analisis Simpang Lima Gumul sebagai CBD Kabupaten Kediri
1. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi untuk proyek relokasi Simpang Lima Gumul tertuang dalam Surat Bupati Kediri nomor 593/782/418.52/2002 tanggal 29 April 2002. Persetujuan ini diberikan berdasarkan surat permohonan yang telah diajukan oleh Bagian Perlengkapan Pemerintah Kabupaten Kediri nomor 593/782/418.31/2002 tanggal 11 Maret 2002 perihal permohonan pemberian persetujuan penetapan lokasi pengadaan tanah proyek relokasi Simpang Lima Gumul.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat Gampengrejo dan staf Bagian Perlengkapan Pemerintah Kabupaten Kediri bahwa lokasi pengadaan tanah yang diajukan untuk relokasi SLG sudah dilaksanakan studi kelayakan dan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Peruntukan tanah yang dimohon telah diteliti dan sesuai dengan Revisi RTRW Kabupaten Kediri (Perda Kabupaten Kediri nomor 5 tahun 2003) yang telah diganti dengan RTRW Kabupaten Kediri Tahun 2003-2010 dan Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota/Rencana Detail Tata Ruang Kota Ibukota Kecamatan Gampengrejo Tahun 1998/1999-2008/2009. Penggunaan tanah yang dimohon tidak merugikan masyarakat karena harga tanah yang ada di sekitar pembangunan menjadi naik dan akses jalan serta arus lalu lintas di Simpang Lima Gumul akan menjadi lebih lancar daripada yang sebelumnya (Oktavio, 2008).
Gambar 6: Lokasi CBD SLG
Pelaksanaan pembangunan SLG tidak sepenuhnya sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. Masalah muncul mengenai status kepemilikan tanah kawasan SLG. Kasus ini berawal dari terkuaknya kenyataan bahwa tanah SLG dan sekitarnya yang selama ini dibeli oleh pemerintah kabupaten melalui dana APBD ternyata belum sah menjadi milik pemkab. Terbukti, hingga saat ini pembelian tanah yang menghabiskan dana milik masyarakat hingga puluhan bahkan ratusan miliar ini belum mempunyai sertifikat. Padahal salah satu bukti bahwa tanah dimiliki seseorang atau lembaga/instansi adalah dengan menunjukkan sertifikat.
Sampai sekarang, status lahan bangunan prestisius itu tidak jelas. Menurut Redaksi Demonstran (2011), hingga September 2010, baru empat petak yang masuk proses sertifikasi di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kediri, selebihnya belum diajukan. Berdasarkan data yang diperoleh wartawan, menyebutkan empat petak yang sekarang dalam proses sertifikasi itu masing-masing seluas 1.767 meter persegi, 1.169 meter persegi, 175 meter persegi, dan 4.790 meter persegi. Menurut BPN (Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Kediri, sampai saat ini proses sertifikasi sedang berlangsung. BPN, menurutnya masih memproses peta bidang. Pengukuran tanah untuk empat bidang itu baru tuntas pada beberapa bulan lalu.
Lambatnya proses sertifikasi tanah ini karena persyaratan yang diajukan pemkab dalam sertifikasi juga belum lengkap. Sehingga pihak BPN tidak bisa memproses sertifikasi lebih lanjut. Adapun persyaratan yang belum dipenuhi, diantaranya: bukti pajak PPH, bukti pendukung tanah yang dimohon, pernyataan selisih luas tanah , dan beberapa persyaratan lainnya. Jika persyaratan tersebut telah terpenuhi, BPN barulah akan melanjutkan proses sertifikasi.
Empat bidang tanah yang sekarang dalam proses sertifikasi BPN adalah tanah yang terletak di selatan SLG. Lokasinya masuk kawasan Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem. Sedangkan tanah yang di lokasi lainnya, masih belum dalam proses sertifikasi, termasuk tanah yang ditempati monument SLG dan menjadi kompleks perkantoran serta tanah tempat convention hall berdiri. Berikuta adalah tanah SLG yang masih dalam Proses Sertifikat (BPN dalam Demonstran 2011):
a. Petak 1.767 meter persegi
b. Petak 1.169 meter persegi
c. Petak 175 meter persegi
d. Petak 4.790 meter persegi
e. Syarat yang belum dipenuhi : Bukti pajak PPH, bukti pendukung tanah yang dimohon, pernyataan selisih luas tanah.
2. Penataan Bangunan
Secara umum, penetapan lokasi Simpang Lima Gumul memang tidak menyalahi aturan dari RTRW Kabupaten Kediri maupun RDTRK Kecamatan Gampengrejo. Akan tetapi, penataan bangunan di SLG masih belum sepenuhnya layak sebagai suatu CBD. Menurut RTRW Kabupaten Kediri (2003), sebagai pusat pelayanan skala kota faslitasnya meliputi: pusat pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa, peribadatan, serta olahraga yang melayani tingkat kota atau wilayah perencanaan. Lokasinya diarahkan pada tempat-tempat yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kota yang sudah ada.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa fasilitas pusat perdagangan dibangun di basement monumen, terminal dan waterparka ada di sisi utara dan barat laut monumen, sedangkan convention hall ada di sisi selatan monumen. Padahal kalau mengacu pada aturan di RTRW Kabupaten tersebut, seharusnya fasilitas utama sebagai CBD adalah adanya pusat pemerintahan di area CBD, sementara pusat pemerintahan Kabupaten Kediri berada 1,5 km barat Monumen SLG tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta 1 Kediri. Pusat pendidikan berupa Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri berada 0,5 km dari pusat monumen. Tentunya hal ini perlu dipertanyakan tentang kelayakan Simpang Lima Gumul sebagai CBD Kabupaten Kediri. Apalagi tempat peribadatan dan kesehatan sebagai sarana vital juga belum ada dalam rencana pembangunan SLG. Hal ini semakin mengurangi syarat suatu CBD yang dibangun.
Dalam artikel yang ditulis oleh Dandung Purwono disebutkan bahwa pembangunan water park di area SLG merupakan bentuk ketidakfahaman kepala daerah Kabupaten Kediri tentang penetaan ruang. Bupati akan membanguan sebuah kota baru dengan simbol monumen SLG, sedangkan tidak lebih dari satu kilometer ada waterpark, di seberang jalan ada terminal dan tidak jauh lagi disisi utara ada pabrik susu. Ini jelas menyalahi aturan pembangunan tataruang yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam aturannya, tidak menyebutkan fasilitas pariwisata di dalam sebuah pusat pelayanan berskala kota, dan dalam hal ini adalah CBD Kabupaten Kediri.
Apalagi keberadaan subterminal yang berada di seberang waterpark dan sangat dekat dengan pusat CBD dirasa kurang pas. Meskipun dalam rencana memang ada, tetapi bukan tidak mungkin jika memang nantinya pembangunan SLG sudah benar-benar rampung, kesan kumuh, kotor, dan kurang nyaman (crowded) akan nampak mengganggu keindahan Simpang Lima Gumul yang menjadi trade center. Belum lagi jika terjadi tindak kriminal di sekitar terminal, pasti para pengusaha dan investor besar yang sedang berbisnis di mall dan pusat trade centre akan sangat terganggu. Dinas perhubungan yang ada di sebelah barat terminal harus mampu mengelola keberadaan terminal agar lebih mampu meningkatkan kemudahan aksesibilitas menuju pusat CBD. Pasalya banyak sekali sopir angkot dan kernet bus yang mengeluh kekurangan penumpang jika harus lewat SLG. Mereka mengeluhkan aturan wajib ini, biaya bensin yang mereka keluarkan lebih besar daripada yang sebelumnya karena lewatnya harus memutar monumen.
Keberadaan pasar tugu setiap hari Sabtu dan Minggu di satu sisi memang memberikan manfaat bagi para penduduk Kabupeten Kediri untuk memasarkan hasil produksinya. Hanya saja, saat ini pelaksanaannya masih belum maksimal. Penataannya masih terkesan kurang baik dan pedagangnya pun masih belum begitu ramai. Apalagi sapah-sampah yang sering berceceran ke mana-mana. Meskipun sudah ada pihak yang membersihkan, namun ada saja pedagang yang nakal yang membuang sampah sembarangan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, saat SLG sudah rampung nanti akan menimbulkan berbagai masalah yang kompleks lainnya.
Gambar 7: Pasar Tugu di SLG
Idealnya, dalam sebuah CBD ada Ruang Terbuka Hijau yang dikelola sedemikian rupa. Luas Ruang Terbuka Hijau alah 30% dari luas kawasan yang direncanakan (Sumarmi, 2010). Akan tetapi keberadaan RTH di SLG masih berupa persawahan dan bukan taman yang dikelola. Keberadaan RTH ini selain sebagai penyejuk juga mampu menambah nilai estetis sebuah banguanan.
Namun demikian, salah satu upaya penting dalam pengembangan trade centre adalah adanya studio JTV sebagai sarana untuk mengomunikasikan hasil industri dan keunggulan berinvestasi di CBD Kabupaten Kediri tersebut. Dengan adanya media komunikasi tersebut produk-prodik dan fasilitas terbaru dari Simpang Lima Gumul akan lebih mudah untuk dipasarkan.
Dampak Pembangunan Simpang Lima Gumul sebagai CBD Kabupaten Kediri
Pembangunan Simpang Lima Gumul memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak pembanguan ini mampu dirasakan oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah. Adapun dampak pembangunan SLG dalam berbagai aspek sebagai berikut:
1. Dampak Sosial
a. Dampak positif
Pembangunan Simpang Lima Gumul memnberikan dampak pada masyarakat daerah hinterland. Sebagian masyarakat sangat antusias untuk mengunjungi monumen. Di desa tempat penulis tinggal ada kelompok kereta kelinci yang menawarkan jasa angkutan kepada warga desa untuk jalan-jalan khusus ke Simpang Lima Gumul pada hari Sabtu-Minggu. Setiap Sabtu-Minggu, baik anak-anak maupun ibu-ibu berbondong-bondong ikut rombongan. Apalagi hari Sabtu-Minggu ada pasar tugu di SLG, hal ini semakin menambah ramainya monumen SLG.
Setiap ada event tertentu, SLG selalu ramai oleh pengunjung dari berbagai penjuru daerah, mulai dari warga desa maupun warga Kota Kediri. Beberapa waktu lalu ada festival pekan budaya untuk memperingati hari ulang tahun Kabupaten Kediri. Berbagai acara yang digelar mampu meyedot antusiasme masyarakat, sehingga memberikan kesan kota yang lebih hidup.
Dampak positif lainnya adalah adanya SLG sebagai CBD mampu mengurangi pengangguran di Kabupaten Kediri. Dikutip dari Harian Media Indonesia (2010) Haryanti, Bupati Kediri, mengungkapkan bahwa keberadaan Simpang Lima Gumul ini pelan-pelan memberikan dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan SLG, salah satunya adalah mengurangi pengangguran. Berbagai peluang usaha dapat tercipta, seperti menyediakan jasa penitipan kendaraan/parkir serta menjual berbagai makanan, barang ataupun oleh-oleh bagi pengunjung.
b. Dampak Negatif
Saat ini keneradaan minumen yang masih sepi, artinya belum begitu banyak wirausaha yang dilakukan oleh masyarakat di area CBD. Lokasi yang las dan jalanan yang mulus seringkali digunakan oleh anak-anak muda untuk mengadakan balapan liar di sekitar monumen. Tentunya hal ini sangat mengganggu kenyaman masyarakat lain. Apalagi saat konser-konser musik ataupun even tertentu biasanya menimbulkan tawuran yang melukai warga.
Nampaknya permasalahan sosial berkaitan dengan pengadaan lahan SLG masih belum usai. Besarnya ganti rugi belum sepenuhnya diterima oleh penduduk yang tanahnya dibeli oleh pemerintah untuk pembangunan. Kebanyakan masyakat mengeluh karena besarnya uang ganti rugi tidak sesuai. Menurut Oktavio (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan masih ada dua orang pemegang hak atas tanah yang belum bersedia diganti uangnya meskipun sudah merelakan tanahnya dibeli untuk kepentingan umum, karena besarnya ganti rugi yang telah ditetapkan dianggap masih terlalu rendah. Berikut adalah data besarnya ganti rugi tanah.
Tabel 1: Besarnya Ganti Kerugian tanah (Oktavio, 2008).
No Klasifikasi Harga Satuan Per Ru (Rp)
1. Pinggir jalan raya gumul 4.000.000,-
2. Jarak dari Jalan Raya Gumul 250 m 2.750.000,-
3. Jarak dari Jalan Raya Gumul >250 m 1.900.000,-
4. Tanah sawah untuk pengganti tanah kas desa 350.000,- s.d. 500.000,-
Besarnya ganti kerugian banguan telah disepakati dengan sistem borongan, akan tetapi besarnya ganti kerugian tetap dituangkan dalam SK Bupati Kediri nomor 698 tahun 2002 tanggal 31 Juli 2002 yaitu gedung permanen dengan tiga kondisi:
Tabel 2: Besarnya Ganti Kerugian Bangunan (Oktavio, 2008).
No Jenis Bangunan Harga Satuan (Rp/M2)
1 Gedung permanen
a. Baik
b. Sedang
c. Tidak Baik
1.190.000,-
890.000,-
300.000,-
2. Dampak Ekonomi
a. Dampak Positif
Keberadaan SLG diharapkan mampu meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Kediri melalui pajak daerah. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan SLG (Surya online):
• Meningkatkan PAD dari retribusi dan pajak
• Meningkatkan kesejahteraan rakyat lewat home industri dan UKM
• Memajukan Kabupaten Kediri di sektor ekonomi dan pariwisata
• Mengurangi pengangguran
Dalam pelaksanaanya, saat ini tujuan itu belum berjalan dengan maksimal.
Pasalnya sampai hari ini baru ada satu investor yang mau berinvestasi di CBD SLG, yakni PT. Panorama Wisata yang berinvestasi dalam pembangunan Gumul Paradise Island.
Namun demikian, secara umum pembangunan Simpang Lima Gumul telah memberikan dampak positif , yakni: dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan ekonomi, meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar yang mempunyai lahan yang cukup luas di sekitar Kawasan Simpang Lima Gumul, meningkatkan pendapatan bagi warga yang sebelumnya berprofesi sebagai buruh tani menjadi pedagang di Kawasan Simpang Lima Gumul, menciptakan lapangan pekerjaan bagi para remaja dan pengangguran di sekitar Kawasan Simpang Lima Gumul.
b. Dampak Negatif
Dampak yang paling menyolok adalah dampak negatif dari perekonomian di Kabupaten Kediri. Pembangunan CBD dengan SLG sebagai ikonnya tak seindah awal inspirasi pendiriannya. Sejumlah kontroversi yang memantik protes dan unjuk rasa mulai kalangan aktivis antikorupsi hingga budayawan hingga kini terus bermunculan. Kontroversi terbesar adalah gemuknya anggaran APBD yang terkuras untuk kawasan itu. Selebihnya soal transparansi penggunaan anggaran serta sistem tender proyek yang tidak dilakukan secara terbuka. Salah satu pihak yang paling getol menolak dan ingin memerkarakan proyek prestisius ini secara hukum adalah Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Peduli (LBHIP) Kediri. Total dana yang sudah dikeluarkan untuk proyek menara itu sudah mencapai Rp300 miliar. Padahal dalam rencananya membutuhakn dana 1 triliun lebih.
Ada perbandingan menarik antara dana yang dikeluarkan untuk proyek Central Business District (CBD) Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dan anggaran untuk sarana pendidikan. Pada 2007, setidaknya 300 gedung sekolah rusak di kabupaten itu. Namun, pemkab hanya menganggarkan Rp 8,1 miliar untuk sekitar 80 sekolah. Padahal di tahun yang sama mantan Bupati Kediri Sutrisno menganggarkan Rp 71 miliar untuk proyek CBD dan Rp 41,9 miliar pada 2008. Masalah tersebut sunggu ironi. Di tengah kemajua zaman yang menuntut setiap orang untuk pandai justru dana yang seharusnya digunakan untuk pendidikan dilimpahkan pada sesuatu yang lain yang memiliki jangka pendek, yakni uang.
Isu korupsi juga sempat terdengar di kalangan masyarakat. Kabarnya KPK mengusut tidak transparannya dana 48 milyar yang mengucur tanpa sidang paripurna oleh Mantan Bupati Kediri, Sutrisno. Setiap tahun, keuangan daerah terus diperas untuk membiayai proyek multiyears CBD SLG ini, dan DPRD tidak pernah menghalanginya (infokorupsi, 2011). Dari sini kita bisa tahu, ada unsur kerjasama antara pihak pihak yang terkait pembangunan CBD SLG. Entah itu benar ataukah tidak, kita harus selalu waspada dan kritis.
3. Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan pembangunan SLG lebih terfokus pada berkurangnya Ruang Terbuka Hijau Kota. Di SLG ada ruang terbuka hijau, hanya saja belum dikelola dengan baik. Terbukti dengan masih banyknya persawahan di sekitar monumen yang masih dimanfaatkan oleh warga untuk mencari rumput.
Gambar 8: RTH yang belum dikelola di SLG
Solusi dalam Menanggapi Permasalahan di CBD Simpang Lima Gumul
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di CBD Simpang Lima Gumul, dapat disimpulkan beberapa solusi praktis sebagai berikut:
1. Dalam sengketa kepemilikan sertifikat oleh pemkab, sebaiknya segera diselesaikan. Sebaiknya dari pihak DPRD, segera membentuk Panitia Khusus yang menangani permasalahan sertifikasi tanah SLG. Sampai saat ini pun data tanah yang digunakan untuk pembanguan SLG masih kabur. Dikhawatirkan, jika proses sertifikasi tanah dibiarkan berlarut, status kepemilikan tanah SLG menjadi kabur. Bahkan, bisa saja hilang. Terlebih, bila sudah terjadi pergantian bupati atau pejabat terkait. Kalau mereka yang terlibat sejak awal proses pembelian tanah itu sudah tidak ada, maka akan sulit melacaknya.
2. Menanggapi permasalahan balapan liar di SLG, sebaiknya ada patroli khusus yang mengamankan SLG di saat-saat tertentu, sehingga tidak ada jenis balapan liar yang mengganggu kenyamanan masyarakat.
3. Dugaan korupsi di pemerintahan kabupaten, seharusnya KPK mengusut lebih dalam agar APBD Kabupaten tidak terus menerus mengucur tanpa jelas arahnya.
4. Peningkatan upaya kerjasama dengan para investor dapat segera mengurangi beban keuangan daerah dan pengembangan serta pembangunan kawasan CBD SLG tidak mangkrak. Namun demikian, sebaiknya pembangunan dan pengembangan dari proyek ini diawasi dengan ketat agar tidak terjadi kebocoran dana yang dapat merugikan pemerintah. Serta pembiayaan yang ada seharusnya dapat dilakukan dengan transparan sehingga tidak menimbulkan beberapa kecurigaan dari beberapa pihak yang nantinya juga dapat menghambat pembangunan serta pengembangan kawasan CBD SLG. Dengan pengembangan yang dilakukan dengan bantuan pihak swasta, diharapkan pembangunan proyek ini dapat berkembang ke arah yang lebih baik, tidak “asal jadi”. Dengan suksesnya megaproyek SLG ini nanti, roda ekonomi yang ada di kawasan tersebut akan dapat terpacu dengan adanya CBD tersebut dan SLG benar-benar bisa menjadi ikon baru Kabupaten Kediri.
5. Keberadaan RTH juga harus dikelola dengan baik agar memperindah dan menambah kenyamanan SLG sebagai CBD Kabupaten Kediri. Hal ini karena ruang terbuka hijau dapat mengintegrasikan antara lingkungan, masyarakat, dan kesehatan di lingkungan perkotaan dengan mempromosikan sebuah pendekatan ekologis terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia yang didasari pada kontak dengan alam. Selain itu, RTH juga bermanfaat secara lingkungan, estetis, rekreasi, psikologis, sosial, serta ekonomis bagi masyarakat perkotaan. Vegetasi dalam lahan taman dalam RTH berguna untuk menyerap zat-zat beracun di udara akibat pembakaran dan asap kendaraan bermotor, dan menyerapkan air ke dalam tanah, serta sebagai fasilitas sosial masyarakat.
Kesimpulan
Berdasarkan tata ruang yang saat ini dilaksanakan, SLG belum sepenuhnya layak dikatakan sebagai Central Business District. Hal ini karena masih banyak fasilitas vital yang tidak direncanakan dan tidak dibangun di kawasan CBD SLG. Masih banyaknya kejanggalan dalam hal APBD yang mengucur deras akibat pembangunan Simpang Lima Gumul. Akan tetapi, pembanguan SLG juga memiliki dampak positif dan negatiaf terhadap sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kediri, di antaranya membuka peluang usaha baru bagi masyarakat, sehingga dalam jangka panjang diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Kediri.
Saran
Sebaiknya dalam pembangunan suatu wilayah harus dipertimbangkan mengenai beberapa aspek dalam penngembangannya. Kalau perlu melibatkan kaum cendekiawan, misalnya mahasiswa yang berkompeten dalam bidang perencanaan wilayah, agar dalam perencanaannya dapat ditinjau dari segi penataan ruang yang baik, bukan hanya mementingkan segi ekonomi saja. Karena pada dasarnya dalam pengembangan wilayah, birokrasi sangat erat kaitannya dengan eduakasi. Selain itu, perlu pengawasan yang ketat dari pihak pemerintah daerah Kediri dalam pelaksanaan pembangunan SLG agar pengucuran dana APBD dapat ditekan.
Daftar Rujukan
Ghafar, Affan. 2010. SLG (Simpang Lima Gumul), Megaproyek Kawasan CBD Baru Kabupaten Kediri, (online), (http://ncreativity4live.blogspot.com/?widgetType=BlogArchive&widgetId=BlogArchive1&action=toggle&dir=open&toggle=patenMONTHLY-1293868800000&toggleopen=MONTHLY-1298966400000, diakses tanggal 15 April 2011).
Bappeda Kabupaten Kediri. 2003. Rencana Tata RuangWilayah (RTRW) Kabupaten Kediri 2003-2010, tidak diterbitkan. Kediri: Bappeda Kabupaten Kediri.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kediri. 2008. Kabupaten Kediri dalam Angka 2008. Katalog tidak diterbitkan. Kediri: BPS Kabupaten Kediri.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kediri. 2010. Potensi Ekonomi Kabupaten Kediri, (online), (http://kediri.go.id/templates/jsn_epic_pro/favicon/artikel%20SLG_files/modal.html, diakses tanggal 15 April 2011).
Redaksi Infokorupsi. 2011. Bupati Kediri didesak Minta Maaf terkait Proyek Simpang Lima Gumul, (online), (http://infokorupsi.com/skandal%20korupsi%20SLG.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Redaksi Demonstran. 2011. Geger, Tanah SLG Lenyap BPK, KPK, Kepolisian dan Kejaksaan Tak Berkutik, (online), (http://demonstran.com/tanah-slg-lenyap.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Suara Media Nasional. 2011. Haryanti Resmikan Gumul Paradise Island , (online), (http://suaramedianasional.blogspot.com/2011/03/haryanti-resmikan-gumul-paradise-island.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Oktavio, Wahyu P. 2008. Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Simpang Lima Gumul di Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri, (online), (http://pdfchaser.com/pdf/pengadaan-tanah-slg/wahyu-perkasa-oktavio.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Saputra, Edy. 2010. Membopong Arc de Triomphe dari Paris ke Kediri, (online), (http://pdfchaser.com/pdf/media-indonesia/arch-de-triomphe-di-kediri.html, diakses tanggal 25 April 2011).
Sumarmi. 2010. Peningkatan Partisipasi Masyarakat terhadap Ruang Terbuka Hijau.Pengukuhan Guru Besar Geografi UM. Malang: Universitas Negeri Malang.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Asis Wahyudi
NIM/Offering : 109821422712/B-2009
Jurusan : Geografi
Fakultas : Ilmu Sosial
menyatatakan dengan sebenarnya bahwa esei yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan orang lain yang saya akui sebagai hasil pikiran dan tulisan saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa tulisan ini bukan tulisan ini bukan karya saya, maka hal ini menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya.
Malang, Mei 2011
Asis Wahyudi
(NIM 109821422712)
Senin, 25 Oktober 2010
Aku Terancam, Teman-temanku Mati!! (Short Comic)
Aku Terancam, Teman-temanku Mati!!
Pada suatu hutan yang dahulunya sangat subur, tumbuhan dan hewan dapat tumbuh berdampingan secara damai. Mereka dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan bahagia. Namun, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan manusia terhadap lahan dan fasilitas semakin bertambah. Dalam hal ini termasuk gedung, perumahan, dan jalan raya. Keserakahan manusia itu menyebabkan area hutan semakin berkurang dan pohon-pohon ditebangi.
Berikut ini adalah jerit pendek beberapa hutan di sekitar kita:
A
Pohon 1: “Hai ada apa kamu lari-lari?? Mengapa kepalamu gundul?? Di mana rambut hijaumu?”
Pohon 2: (dengan tergesa-gesa)“tolong teman! Aq terancam, dan teman-temanku banyak yang sudah mati, para manusia yang serakah itu merusak tempat hidup kami dan akan menjadikan tempat tinggalku untuk keperluan mereka!!”
B
Pohon 1: “ astaga!!! Benar-benar kejam manusia-manusia itu! Apakah mereka tidak menyadari betapa bermanfaatnya kita untuk kehidupan mereka......”
Pohon 2: “ iya.. lihatlah itu teman-temanku, sekarang kita pun sedang terancam mati!”
C
Kemudian si burung kecil hinggap di ranting pohon 1
Si burung: “ hufff...huffff... wahai pohon, bolehkah aku hinggap di sini? Aku sudah tidak punya tempat hinggap dan hidup lagi?”
Pohon 1: “ boleh.. memang nasib kita sama teman...T_T”
D
Pohon 2: “ akankah nasib kita akan seperti mereka?”
Pohon 1: “ saya harap tidak!! Tapi.. benarkah semua manusia serakah......?”
Senin, 11 Oktober 2010
THE ANGRY OF EARTH |
Bumi kita Marah!!!!
Jaga dan Selamatkan!!!!
Poster tersebut menggambarkan bumi ini yang sudah terjadi banyak sekali bencana. Hal ini diibaratkan bumi ini SANGAT MARAH bagaikan singa yang ingin memakan mangsanya. Bumi ini juga semakin beruban, menandakan di sudah semakin tua. Usia bumi yang semakin tua membuat manusia semakin semena-mena terhadap bumi sebagai akibat kerusakan flora dan fauna. Jadi, saya menyarankan untuk menjaga bumi ini agar tidak semakin parah kerusakannya.
Sabtu, 02 Oktober 2010
B I O S F E R
Biosfer adalah bagian luar dari planet Bumi yang mencakup udara, daratan, dan air yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung. Dalam pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) Bumi. Bumi hingga sekarang adalah satu-satunya tempat yang diketahui yang mendukung kehidupan. Biosfer dianggap telah berlangsung selama sekitar 3,5 milyar tahun dari 4,5 milyar tahun usia Bumi.
|
Gagasan Biosfer pertama kali diutarakan oleh Vladimir Ivanovich Vernadsky (1863–1945), seorang ilmuwan dari Rusia yang menyatakan bahwa Biosfer adalah sebuah sistem kehidupan yang terbuka dan senantiasa berkembang sejak dimulainya sejarah bumi.
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara organisme dan lingkungannya baik hidup maupun tak hidup (litosfer, atmosfer, hidrosfer) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi. Ekologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dengan demikian, komponen-komponen ekosistem meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, dan organisme.
A. PERSEBARAN FLORA DI DUNIA
Flora merupakan semua jenis tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada suatu wilayah. Kondisi wilayah yang berbeda didapatkan jenis tumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam mengidentifikasi persebaran flora, kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:
a. Faktor Iklim
Kelembaban dan suhu udara merupakan faktor utama dalam persebaran flora. Oleh karena itu ada pembagian jenis tumbuh-tumbuhan, seperti hidrofit (tanaman air), higrofit (tanaman rawa-rawa), dan xerofit(tanaman yang tahan kekeringan, seperti kaktus). Di samping itu, daerah beriklim tropis equatorial terdapat aneka ragam tumbuhan dan selalu hijau sepanjang tahun, daerah beriklim musim tropis terdapat tumbuhan yang menggugurkan daunnya di waktu musim kemarau, sedangkan daerah gurun didapatkan sangat sedikit tumbuhan.
b. Faktor tanah
Jenis tanaman di suatu daerah ditentukan oleh tanah yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Karena jumlah nutrisi yang ada dalam tanah yang berbeda dapat mempengaruhi jenis vegetasi yang dapat tumbuh dengan leluasa.
c. Faktor relief
Relief merupakan perbedaan tinggi rendah permukaan bumi. Perbedaan relief menyebabkan adanya perbedaan suhu udara atau iklim. Berkaitan dengan tumbuhan ada yang menyukai udara panas , dan ada pula yang menyukai suhu udara yang dingin.
d. Faktor organisme
Makhluk hidup (manusia dan hewan) dapat mempengaruhi keadaan jenis tumbuh-tumbuhan di suatu daerah. Binatang memakan rumput sampai akarnya dapat menggundulkan padang rumput, sedangkan manusia menebang hutan untuk memenuhi kebutuhannya secara berlebihan dapat merusak lingkungan dan tumbuh-tumbuhan.
Persebaran flora di dunia menurut iklim di permukaan bumi sebagai berikut:
1. Daerah Iklim Tropis
Daerah iklim tropis terletak antara 0 23,5 LU dan LS. Permukaan bumi pada lintang tersebut terdapat vegetasi, hutan hujan tropis, hutan hujan musim, sabana, stepa, dan hutan bakau.
a. Hutan Hujan Tropis
Daerah hutan hujan tropis terdapat di sepanjang khatulistiwa antara 0 -10 LU/LS dan pantai timur di daerah tropis. Daerah sekitar khatulistiwa merupakan daerah tekanan udara rendah dan terjadi pertemuan angin pasat tenggara dan angin pasat timur yang menimbulkan hujan konveksi atau hujan zenital. Sedangkan di pantai timur di daerah tropis mendapat pengaruh angin pasat yang membawa uap air dan terjadilah hujan di daerah yang dilaluinya. Oleh karena itu, ciri-ciri daerah hutan tropis yaitu mempunyai intensitas sinar matahari tinggi, suhu selalu tinggi, amplitudo harian maupun tahunan kecil, curah hujan tinggi, pohonnya tinggi dan bermacam-macam
Wilayah daerah hutan hujan tropis, yaitu Indonesia, Philiphina, Singapura, Papua Nugini, Amerika Tengah (Basin Zaire dan Basin Amazon), Amerika Selatan, pantai timur Afrika bagian selatan, dan Pantai timur Queensland Australia.
b. Hutan Musim Tropis
Daerah ini terdapat di daerah tropis yang mempunyai iklim muson, yaitu musim kemarau dan musim hujan yang dalam satu tahun bergantian secara teratur. Pohonnya lebih tahan kekeringan, dan tidak begitu tinggi dan besar seperti pada hutan hujan tropis. Pada musim kemarau meranggas dan pada musim penghujan semi, misalnya hutan jati, dan hutan kapuk (menggugurkan daunnya). Daerah hutan musim tropis berada pada lintang 10 LU/LS. Hutan musim tropis di Indonesia terdapat di Jawa Tengah sampai Nusa Tenggara, di luar Indonesia terdapat di pantai barat India, pantai utara Australia, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Kambodja, dan Vietnam.
c. Sabana Tropis
Sabana yaitu padang rumput yang di sana sini terdapat pohon menyebar atau bergerombol. Sabana terdapat di wilayah sebelah utara dan selatan daerah hutan hujan tropis (lintang 0 -10 LU/LS) yang curah hujannya tidak begitu tinggi. Di samping itu sabana juga terdapat di sebelah barat/pedalaman pantai timur daerah tropis yang curah hujannya semakin masuk ke pedalaman semakin berkurang. Wilayah yang memiliki hutan sabana tropis antara lain Afrika (Afrika Barat, Afrika Timur, Sudan, Pantai timur Afrika), plato dekan India, Australia Utara, dan Amerika Selatan (Brasilia).
d. Hutan Bakau (Mangrove)
Hutan bakau terdapat di sepanjang pantai yang landai beriklim tropis. Hutan bakau juga terdapat di sepanjang pantai yang rendah, berlumpur, dan masih dalam jangkauan pasang surut. Mangrove mendukung kelestarian ikan di laut karena sebagai tempat bertelurnya ikan.
2. Daerah Iklim Sedang
Daerah iklim sedang terdapat pada lintang 30 LU/LS dan mempunyai empat musim. Empat musim tersebut terjadi di belahan bumi utara, yaitu musim semi terjadi pada tanggal 21 Maret-21 Juni, musim panas terjadi pada tanggal 21 Juni-23 September, musim gugur terjadi pada tanggal 23 September-22 Desember, musim dingin terjadi pada tanggal 22 Desember-21 Maret. Perubahan kondisi udara tersebut mempengaruhi adanya persebaran pohon-pohon di daerah sedang berupa hutan gugur di daerah lintang 30 -45 LU/LS, dan hutan berdaun jarum di daerah 45 -66,5 LU/LS.
a. Hutan selalu Hijau dan Berganti Daun
Ø Hutan Selalu Hijau (temperate evergreen forest)
Hutan selalu hijau terdapat pada daerah beriklim sedang berdaun kecil dan lebar yang didominasi oleh pohon-pohon kerdil yang berkulit keras, berdaun lebar dan selalu hijau, banyak terdapat di daerah beriklim agak kering yang terjadi pada musim panas. Hutan ini terdapat di Pantai Barat Amerika Utara, Pantai Eropa Barat, Asia Timur, Australia bagian Tenggara, Selandia Baru, Pantai Timur Afrika Selatan, dan Pantai Selatan Brazilia dan Uruguai.
Kondisi udara, curah hujan pada musim panas, dan hangat pada musim dingin karena beriklim laut sedang. Hal ini disebabkan adanya pengaruh arus laut panas, seperti di Eropa Barat dan Amerika Serikat suhu udaranya dipengaruhi gulfsream, di Jepang dipengaruhi arus koro syiwo. Daerah ini terjadi hujan orografis dan hujan frontal yaitu pertemuan udara panas dan dingin.
Ø Hutan Gugur/ Hutan Campuran (Mixed deciduous and coniferous forest)
Jenis pohon hutan gugur jumlahnya terbatas dan sebagian besar terdiri dari pohon memiliki daun lebar, kulit pohon kasar dan tebal (seperti Maple, Elm, Oak, Beech, Alder, Ash). Pohon-pohon ini mengalami perubahan mengikuti musim; pada musim semi pohon mulai berdaun dan berbuah, pada musim panas pohon mulai berbiji, pada musim gugur pohon mulai menggugurkan daunnya, pada musim dingin pohon mulai menyerap air. Daerah ini beriklim sedang darat sehingga amplitudo suhu pada musim dingin dan musim panas tinggi dibandingkan dengan iklim laut sedang. Hutan gugur terdapat di pantai barat Amerika Utara, Pantai Eropa Barat, Asia Timur, Australia bagian tenggara, Selandia Baru, pantai Timur Afrika Selatan, dan Pantai Selatan Brazilia dan Uruguai. Di samping itu terdapat hutan campuran pohon berdaun jarum dan pohon berganti daun (Mixed deciduous and coniferous forest) dan tersebar luas di Amerika Serikat, Eropa barat, Asia Timur yang beriklim kontinental. Hutan ini tumbuh di daerah yang sifat tanahnya asam dan sering terjadi kebakaran hutan dan memungkinkan tumbuhnya jenis pinus daripada jenis pohon yang berdaun lebar.
b. Hutan Berdaun Jarum (temperate coniferous forest)
Hutan berdaun jarum tumbuh di wilayah beriklim sedang yang mengalami musim dingin selama 8-9 bulan, sehingga tidak cocok untuk pohon berdaun lebar. Hutan ini terdapat di sepanjang utara benua Eurasia dan Amerika Utara bagian utara, serta di daerah pegunungan yang tinggi. Hutan berdaun jarum memiliki kertinggian yang sama dan menghalangi sinar matahari sampai di permukaan tanah, sehingga sedikit semak belukar. Jenis pohonnya yakni bakau lunak, sdeperti Pinus, Cemara, Cedar yang umumnya mencapai ketinggian hingga 20 meter. Hutan berdaun jarum yang tumbuh di daerah dingin disebut taiga.
c. Padang Rumput
Padang rumput iklim sedang (temperate grassland) merupakan padang rumput yang luas. Penyebutan padang rumput di beberapa negara berbeda-beda, sepertisebutan praire, plain, dan padang rumput gurun di Amerika Serikat, steppes di Eropa dan Asia, Veldt di Afrika dan Pampas di Amerika Selatan.
d. Vegetasi Daerah Gurun
Gurun merupakan wilayah yang curah hujannya rendah bahkan lebih rendah daripada penguapan, amplitudo suhu tinggi, dan tanah tandus. Maka, di daerah gurun didapatkan jenis tanaman bertahan hidup pada kondisi air yang sedikit yang disebut xerofit. Daerah gurun terdapat di Benua Afrika, Benua Australia, Benua Amerika, Benua Asia, Benua Amerika. Vegetasi gurun ada yang termasuk tipe ephemeral dan perennial:
· Ephemeral, yakni vegetasi yang sklus hidupnya pendek, hanya dua atau enam minggu. Siklus vegetasi ephemeral yakni setelah hujan turun kemudian tumbuh, berbunga, dan berbiji dengan cepat seperti Ocotillo.
· Perennia, vegetasi yang mampu menyimpan air yang banyak, seperti kaktus.
3. Daerah Iklim Dingin (Tundra)
Tundra terdapat di daerah-daerah sekitar kutub utara pada 66,5 -90 LU. Jenis tumbuhannya gulma, yakni sejenis rumput dan lumut. Tundra terdapat di Amerika Utara, sepanjang Utara Siberia dan Pantai Greenland.
A. PERSEBARAN FAUNA DI DUNIA
a. Persebaran Fauna di Dunia Menurut Bioma
Penyebaran fauna berkaitan dengan penyebaran flora dalam biosfer yang disebut bioma. Bioma merupakan ekosistem yang didalamnya terdapat hubungan antara tanaman dengan tanaman, tanaman dengan hewan, dan hewan dengan hewan. Setiap bioma dipengaruhi lingkungan fisiknya; tanah, air, iklim. Penyebaran fauna diklasifikasikan menurut bioma atau penyebaran flora, terdiri dari; bioma hutan hujan tropis, bioma hutan gugur, bioma padang rumput, bioma gurun, bioma tundra.
§ Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma hutan hujan tropis terdapat di daerah iklim tropis. Jenis hewannya ada yang aktif pada siang hari yang disebut hewan diurnal, dan terdapat hewan yang aktif pada malam hari yang disebut noktural. Di samping itu ada hewan herbivora, dan karnivora. Hewan di hutan tropis antara lain; macan tutul, kucing, kera, babi hutan, kucing hutan, tupai, jaguar. Penyebaran hewan ini terdapat di Amerika Tengah, Afrika Tengah, Asia Tenggara, Australia bagian utara.
§ Bioma Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat pada daerah iklim sedang. Jenis hewan di hutan gugur aktivitasnya tergantung pada musim; seperti burung yang banyak dijumpai pada musim semi dan panas. Pada musim dingin migrasi ke daerah yang udaranya panas. Hewan herbivora antara lain; beruang, bajing, rusa. Penyebarannya terdapat di Amerika Utara, Asia Timur, Eropa.
§ Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput terdapat di daerah iklim sedang dan tropis. Hewan di daerah iklim sedang antara lain; bison, kuda, zebra, antelope, singa, cheetah. Jenis hewan di padang rumput tropis yaitu, tupai tanah, lemmig, tikus mole, unggas, serangga. Penyebaran hewan padang rumput di daerah iklim sedang yaitu di Amerika Utara, Asia (Uni sovyet), Australia, Afrika selatan, Argentina. Pada prairi terdapat bison dan pada veldt terdapat springbok.
§ Bioma Taiga
Bioma taiga terdapat pada daerah iklim sedang yang sangat dingin. Hewan di daerah taiga mempunyai bulu yang tebal, antara lain: kucing salju (link), menjangan merah (elk), beruang hitam, srigala abu-abu, rubah merah, dan burung. Penyebaran hewan di daerah taiga, yaitu Siberia bagian utara, Kanada, Alaska, Eropa Utara.
§ Bioma Gurun
Bioma gurun terdapar di daerah beriklim kontinental. Hewan di daerah gurun antara lain: unta, tikus, kadal, burung, kelinci, dan serigala. Penyebarannya yakni di Amerika Serikat, Meksiko, Asia Tengah, Asia Barat, australia, Afrika Selatan bagian barat.
§ Bioma Tundra
Bioma tundra terdapat di kutub utara beriklim dingin. Hewan di daerah tundra memiliki bulu yang tebal, antara lain; pinguin, muskox, reinder, seal, burung camar.
b. Persebaran Fauna di Dunia Menurut Sub Divisi
Wilayah persebaran Fauna Dunia |
· Ethiophian (fauna di Afrika Selatan, Gurun Sahara, Saudi Arabia) seperti gorila, simpanse, beruang, unta, kolibri.
· Palearctic (fauna Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur, Eropa, Afrika Utara) seperti unta, ayak, burung bersiul.
· Oriental (fauna Asia Selatan, Asia Tenggara) seperti orang utan, gibbon, kancil, burung.
· Neotropical (fauna Amerika Selatan, Amerika Tengah) seperti kungkang, armadillo, tinamous.
· Nearctic (Amerika Utara) seperti antelope, tupai, kalkun, jungko, burung biru.
· Oceania (derah Pacifik) seperti ikan-ikan di lautan pacifik.
· Australian (Australia, Indonesia bagian timur, Papua Nugini) seperti burung cendrawasih, burung pengisap madu, kakatua, kasuari, monotreama, marsupial.
· Antartic (daerah kutub) seperti anjing laut, rusa kutub, pinguin, beruang kutub.
Langganan:
Postingan (Atom)